Membangun hubungan baik dengan media tidak bisa terjadi dalam semalam. Dibutuhkan waktu, usaha, kesabaran, dan pendekatan yang tulus bagi seorang praktisi public relations (PR).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dalam praktik public relations (PR), hubungan dengan media perlu dibangun bukan sekadar untuk kebutuhan distribusi siaran pers. Lebih dari itu, hubungan baik dengan media wajib diupayakan karena juga dapat membantu pemulihan krisis lewat pemberitaan yang berimbang.
Melansir M2.0 Communication, Rabu (5/3/2025), setidaknya ada lima strategi yang bisa diterapkan praktisi PR untuk membangun hubungan yang langgeng dengan media. Apa saja? Berikut uraiannya.
1. Memanfaatkan Data untuk Menyempurnakan Jangkauan Media
Penggunaan teknologi berbasis data seperti Google Alerts, BuzzSumo atau MediaMeter dapat membantu meningkatkan efektivitas hubungan dengan media. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menganalisis tren berita, memahami topik yang diminati jurnalis, memantau kinerja siaran pers, hingga menyesuaikan strategi jangkauan agar lebih relevan dengan kebutuhan media.
2. Memposisikan Media Sebagai Mitra Jangka Panjang
Jangan menghubungi jurnalis hanya ketika dibutuhkan. Laporan PR Newswire tahun 2023 mengungkap, lebih dari 72 persen jurnalis lebih suka membangun hubungan jangka panjang secara konsisten, lewat penyediaan informasi yang relevan dan berkualitas tinggi. Oleh karena itu, praktisi PR harus bisa memberikan informasi yang bernilai, agar menjadi sumber terpercaya bagi jurnalis dalam menawarkan konten yang sesuai kebutuhan editorial.
3. Aktif di Media Sosial untuk Berinteraksi
Berinteraksilah dengan konten-konten media massa di platform digital, seperti memberikan komentar, membagikan artikel, atau berdialog terkait topik hangat. Interaksi semacam ini menunjukkan atensi praktisi PR kepada pekerjaan jurnalis, sehingga dapat meningkatkan peluang respons yang lebih baik untuk ke depannya.
4. Jangan Agresif
Berikan waktu kepada jurnalis untuk merespons siaran pers. Hindari sikap yang terlihat agresif atau memaksa. Jika tidak ada kabar setelah tindak lanjut pertama, maka praktisi PR dapat menunggu setidaknya satu minggu sebelum mengirim pesan kembali. Pastikan nada komunikasi tetap sopan dan menghormati waktu mereka.
5. Pahami Preferensi dan Gaya Kerja Jurnalis
Setiap jurnalis memiliki preferensi dan cara kerja yang berbeda-beda. Beberapa lebih suka berkomunikasi melalui email, sementara yang lain lebih responsif di media sosial. Beberapa mungkin lebih suka menerima pitch di pagi hari, sementara yang lain lebih suka di sore hari. Penting bagi praktisi PR untuk memahami dan menyesuaikan pendekatan kepada setiap jurnalis, guna membangun hubungan yang lebih produktif.
Dengan mengimplementasikan strategi di atas, diharapkan praktisi PR bisa mendapatkan liputan yang layak berkat jalinan hubungan baik yang langgeng. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (eda)