Pengelolaan krisis bukan sesuatu yang bisa dilakukan secara instan. Dalam situasi ini diperlukan persiapan dan strategi yang matang agar krisis dapat ditangani dengan baik dan dampaknya dapat diminimalkan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Krisis bisa terjadi kapan saja dan menimpa siapa saja. Terlepas dari pemicu dan skala dampaknya, apa yang disebut krisis selalu memiliki potensi untuk merusak citra serta kepercayaan publik terhadap organisasi.
Oleh karena itu, penting adanya bagi suatu organisasi memiliki rencana komunikasi krisis yang efektif. Selain ditujukan untuk mitigasi, strategi komunikasi krisis juga dapat mempercepat pemulihan jika krisis kadung terjadi. Untuk itu, melansir M2.0 Communications, Jumat (7/3/2025), berikut empat kiat mengelola komunikasi krisis yang bisa dilakukan.
1. Identifikasi dan Kategorikan Potensi Krisis
Pertama, pahami berbagai jenis krisis yang dapat terjadi dengan mengelompokkannya berdasarkan tingkat risiko dan dampaknya terhadap organisasi. Setelah itu, praktisi public relations (PR) perlu menilai risiko dan dampak krisis. Risiko tinggi mencankup kerusakan reputasi, atau gangguan operasional yang serius. Sementara risiko dengan prioritas lebih rendah seperti masalah produk yang tidak berdampak besar. Jangan menginvestasikan waktu dan tenaga secara berlebih kepada hal yang tidak menimbulkan kerugian besar.
2. Pahami Pemangku Kepentingan Utama
Selanjutnya, identifikasi siapa saja pemangku kepentingan utama yang terkena dampak, dan tentukan pendekatan terbaik untuk berkomunikasi dengan mereka. Pemangku kepentingan utama dalam krisis terbagi menjadi empat, yakni pihak internal, eksternal, pemangku kepentingan yang baru muncul (emerging stakeholders), dan regulator.
Dengan memahami kebutuhan informasi dari setiap pemangku kepentingan akan membantu praktisi PR menyusun pesan yang tepat dan efektif untuk meredam dampak krisis.
3. Tentukan Tujuan Komunikasi Krisis
Tujuan utama komunikasi krisis adalah menjaga kepercayaan publik, dan mengelola persepsi terhadap organisasi. Untuk itu, beberapa prinsip utama harus diterapkan mulai dari transparansi dan kecepatan dalam menyampaikan informasi, tanggung jawab dan empati yang menunjukkan kepedulian terhadap pelanggan dan masyarakat luas, serta mengakui kesalahan jika diperlukan. Terakhir, konsisten terhadap pesan yang disampaikan di media sosial, situs web, maupun konferensi pers untuk menghindari kebingungan masyarakat.
4. Uji, Latih dan Sempurnakan Rencana Krisis
Rencana komunikasi krisis tidak boleh hanya dibuat sekali lalu dibiarkan begitu saja. Praktisi PR perlu secara berkala menyesuaikan dan memperbaharui strategi sesuai dengan perkembangan teknologi, tren komunikasi, dan perubahan lanskap bisnis. Selain itu, lakukan juga simulasi krisis yang dilanjut dengan evaluasi untuk memantapkan kesiapan menghadapi krisis.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, organisasi dapat memastikan bahwa tim PR siap menghadapi krisis dengan proaktif, efektif dan terkendali. Semoga informasi ini bermanfaat, ya! (eda)