Menurut Mona Monika, Executive Director and Head of Group Strategic Marketing & Communication PT Bank DBS Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki keunggulan tersendiri ketika menjadi pemimpin dalam perusahaan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Di tengah populernya isu diversity, equity, inclusive (DEI), pada praktiknya masih saja ada stigma yang melekat tiap ada organisasi atau korporasi dipimpin oleh perempuan. Pertanyaannya, memang kenapa kalau perempuan menjadi pemimpin?
Hal senada juga ditanyakan oleh Executive Director and Head of Group Strategic Marketing & Communication PT Bank DBS Indonesia Mona Monika di hadapan ratusan peserta yang menghadiri acara PR INDONESIA Summit di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
“Dari gaya kepemimpinan, bos laki-laki dianggap lebih asik. Sebaliknya, ketika perempuan menjadi bos, dia dipandang sebagai sosok yang ambisius. Ini sungguh tidak adil,” kata Mona yang hari itu membawakan tema “Woman Leadership” tersebut seraya memprotes.
Padahal, perempuan alumni Universitas Nasional itu melanjutkan, merujuk dari survei yang dilakukan oleh Pew Reseach Center, diketahui pemimpin laki-laki cenderung berorientasi pada kinerja dan ketegasan.
Pemimpin laki-laki juga dikenal sangat menghargai kredensial dan kinerja setiap individu. Hal ini ditunjang dari beberapa sikap natural pemimpin laki-laki yang terlihat dari rasionalitas, inklusif, berorientasi pada tujuan dan kinerja, serta berani dalam mengambil risiko.
Sedangkan pemimpin perempuan, masih berdasarkan hasil riset tersebut, cenderung menjadi pemimpin yang kooperatif dan berbelas kasih. Cara perempuan dalam memimpin umumnya menggabungkan gagasan tim dan berupaya untuk mengubah “status quo”. Sementara sikap natural yang dimiliki oleh pemimpin perempuan di antaranya kooperatif, transformasional, menciptakan lingkungan kerja yang aman, serta bekerja untuk meningkatkan motivasi.
Lebih lanjut, ujar perempuan lulusan Sastra Inggris ini, salah satu bidang yang cocok dipimpin oleh perempuan adalah sebagai pembina UMKM. Alasannya, perempuan merupakan pendorong ekonomi yang signifikan. “Oleh karenanya, UMKM umumnya diisi oleh perempuan karena duitnya pasti balik,” kata Mona disertai derai tawa para hadirin.
Selain karena perempuan pandai menghitung persoalan finansial, Mona melanjutkan, kaum hawa juga dianggap memiliki perspektifnya yang lebih luas. Ia juga dikenal mahir di banyak keterampilan pendukung (soft skills). (aza)