Lizzatul Farhatiningsih - Pranata Humas Kementerian Perdagangan
Pesan orang tua jadi obat mujarab bagi Lizzatul Farhatiningsih, pranata humas Kementerian Perdagangan (Kemendag), ketika sedang terpuruk mengejar mimpinya menjadi seorang PR profesional. Di saat itu pula, perempuan kelahiran 4 Juni 1991 ini kerap mengingat kembali perjalanan penuh liku yang harus dilalui hingga berada pada titik dimana dia berdiri sekarang. Termasuk, perjuangan selama bertahun-tahun menyakinkan kedua orang tua terhadap masa depan yang dipilihnya.
Perempuan yang pandai menyanyi ini mengawali perjalanan meraih mimpi dengan menjadi penyiar radio. Di usianya yang ke-15, suaranya sudah mengudara di salah satu stasiun radio di kota kelahirannya, Magelang, 94.3 FM Tidar Radio. Dari rutinitas itu, ia mulai berani menerima tawaran sebagai master of ceremony (MC) dan presenter.
Cita-citanya mengerucut. “Saya ternyata lebih tertarik di belakang layar, menyusun program, event, strategi komunikasi,” urainya. Atas dasar itulah, ia mantap memilih bidang Komunikasi Strategis, Jurusan Komunikasi, Universitas Diponegoro.
Perjalanan yang mulus mulai dari menentukan jurusan, skripsi, hingga lulus dengan hasil yang memuaskan makin menebalkan keyakinan: PR adalah masa depannya. Apalagi, selepas kuliah, ia diterima sebagai pranata humas, Kemendag, sejalan dengan pengalamannya saat magang dan tema skripsinya tentang humas pemerintah. “Jalan hidup saya seperti tertata, sudah diatur sama Allah,” katanya kepada Majalah PR INDONESIA, awal Juli lalu. “Orang tua saya sampai speechless. Akhirnya mereka percaya dan mendukung passion saya,” imbuhnya haru.
Jalan-jalan Sendiri
Lebih dari setahun mengemban amanah sebagai pranata humas Kemendag, khususnya mengelola Twitter resmi Kemendag dan website content management system, ia dituntut responsif menanggapi pertanyaan atau keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media sosial. Ia menyadari, PR harus memiliki skill melobi, negoisasi hingga persuasi. “Ketika PR bisa menjalankan tugasnya dengan baik, dia berkontribusi mendukung stabilitas, bukan hanya korporasi tempatnya bekerja, tapi juga negara,” papar perempuan yang saat ini sedang menggemari lagu All I Ask milik Adele.
Bermodal prinsip “Kesempatan itu untuk dicoba, bukan dilewatkan”, ditambah dukungan dari Kemendag dan IPRAHUMAS, perempuan berpostur 165 cm itu memberanikan diri menjajal kemampuannya mengikuti ajang ICON PR INDONESIA 2016, pertengahan Maret lalu.
Icha memiliki kebiasaan unik melepas penat. Apalagi, kini ia hidup terpisah dari orang tua dan kedua adiknya. “Saya suka mbolang (jalan-jalan) sendirian,” ujar penggemar Mariah Carey dan Celine Dion itu. Taman atau mengunjungi kota terdekat dari Jakarta menjadi tempatnya untuk menepi. Cara ini juga dilakukan untuk mengisi ulang energinya. “Biasanya, saya naik kereta ke Bogor sekadar mengunjungi Kebun Raya, menghirup udara segar. Pernah juga ke Jogja, suasananya menentramkan,” pungkas si empunya mimpi menjadi pemilik stasiun radio dan konsultan PR itu. rtn