Menurut Principal of Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN) Tuhu Nugraha, urgensi penggunaan AI dalam organisasi tergantung dari ketersediaan data digital yang rapi.
BANDUNG, PRINDONESIA.CO - Di balik hebohnya adopsi penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) oleh berbagai instansi pemerintahan maupun perusahaan, ada satu hal paling mendasar yang kerap luput dikerjakan. Principal of Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN) Tuhu Nugraha mengatakan, hal tersebut adalah direktori data digital.
Dijelaskannya dalam sesi workshop Satu Dekade PR INDONESIA Awards (PRIA) 2025 bertajuk AI-Powered PR: Generative AI dan Otomatisasi Sebagai Game Changer, Selasa (25/2/2025) di Graha Pos Indonesia Bandung, inti dari kekuatan AI adalah data. “Banyak sekali kejadian di perusahaan atau pemerintahan, datanya kan masih amburadul, belum sistematis dan terkategorisasi. Bahkan masih dalam bentuk fisik," ucapnya ketika diwawancarai HUMAS INDONESIA di sela sesi workshop.
Baru setelah siap dengan data digital, terang Tuhu, perusahaan atau organisasi bisa melangkah ke arah penggunaan AI. Namun, tak boleh asal menggunakan. Ia menegaskan bahwa adopsi AI dewasa ini perlu didukung oleh panduan internal yang memuat etika dan risiko penggunaan. Jika data digital dan panduan internal sudah mapan, penggunaan generative AI perlu juga diimbangi dengan investasi terhadap predictive AI. "AI bisa terlibat untuk hal-hal yang strategis sehingga harus mau mencoba menginvestasikan lebih banyak hal ke AI," ucapnya.
Meningkatkan Kompetensi Humas
Penggunaan AI dalam konteks kehumasan, lanjut Tuhu, sudah harus lebih strategis dari sekadar alat pemolesan bahasa alami. Hal itu ia sampaikan merespons pandangan salah satu peserta, Putri Gayatri. "Kita melihat AI itu bisa menjadikan komunikasi yang otomatis, cepat, lebih personal, dan humanis. Pelanggan juga bisa mendapatkan informasi dari yang lebih relevan,” ucap Corporate Creative and Digital Communication Telkomsel itu.
Lebih jauh, kata Putri melanjutkan pandangannya, adopsi AI yang beretika, tepat, dan transparan, dapat mendongkrak level kompetensi humas. Dengan kata lain, menurutnya, kemauan untuk mengintegrasikan kompetensi yang ada dengan kemampuan AI, dapat menjadikan praktisi humas semakin kompeten. (ARF)