Chairman Kiroyan Partners Noke Kiroyan dalam sesi Panel Session Satu Dekade PRIA 2025 menegaskan, humas perlu menganalisa potensi krisis demi ketercapaian bisnis atau tujuan yang berkelanjutan.
BANDUNG, PRINDONESIA.CO – Komunikasi punya andil besar dalam ketercapaian bisnis yang berkelanjutan. Begitu Chairman Kiroyan Partners Noke Kiroyan membuka pemaparannya dalam sesi conference Satu Dekade PRIA 2025 di Graha Pos Indonesia, Bandung, Senin (24/2/2025). Pertama-tama, jelasnya, komunikasi membangun reputasi. Setelahnya, akan ada dukungan masyarakat, menyusul dinamika sosial politik budaya yang memengaruhi perusahaan.
Dengan itu, tegas Noke, jelas bahwa humas tidak bekerja seperti pemadam kebakaran. Sebab, dalam pekerjaannya membangun reputasi, humas berada di antara faktor-faktor penghambat dan pendukung yang dapat memengaruhi kelanjutan bisnis atau tujuan organisasi.
Pada ilustrasi isu statis yang digambarkan seperti roda, Noke menerangkan, humas perlu sensitif pada isu lokal, lintas-sektoral, isu spesifik industri, hukum dan perundang-undangan, budaya dan norma, etika, perkembangan teknologi, isu spesifik internal, dan isu lintas-batas.
Sementara itu lewat ilustrasi isu dinamis dengan gambar ikan di lautan, pria kelahiran 1946 itu menjelaskan, ruang lingkupnya sama seperti isu statis dengan tambahan pemetaan isu berdasarkan pemangku kepentingan seperti media massa, partai dan organisasi politik, perguruan tinggi, pelanggan, pesaing, pemasok, dan pemerintah. "Makin besar perusahaan atau organisasi, akan makin rumit dan berkelindan kombinasi faktor-faktor ini," ucapnya.
Perkembangan Pekerjaan Humas
Dalam perkembangan pekerjaannya, humas tak sekadar fokus pada publisitas organisasi, melainkan juga menjalankan fungsi manajemen komunikasi antara organisasi dengan publiknya. Salah satunya mengelola krisis yang sedang dan akan terjadi.
Di sini, ungkap Noke, peran humas lagi-lagi ditegaskan tidak seperti pemadam kebakaran, alias bekerja hanya pada saat muncul krisis saja. "Perencanaan komunikasi krisis bisa dibuat sebelum adanya krisis. Karena humas bukan pemadam kebakaran, potensi krisis perlu dianalisis jauh-jauh hari, terlebih dalam industri yang spesifik," tegasnya ketika ditanyai moderator Martha Tri Lestari yang merupakan dosen Telkom University.
Dengan kemampuan menganalisa potensi krisis, human diyakini mampu melaksanakan manajemen krisis dengan tepat. "Pada akhirnya, keputusan yang diambil pemimpin perusahaan dapat memengaruhi keberlanjutan perusahaan tersebut," pungkasnya. (ARF)