Dari sekian banyak metode kampanye, debat terbuka menjadi metode kampanye yang paling memengaruhi preferensi masyarakat dalam menentukan pilihan saat Pemilu 2024.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Praxis, agensi yang bergerak di bidang public relations (PR) dan public affairs, mengadakan survei independen untuk mengetahui pandangan masyarakat Indonesia terhadap Pemilu 2024 dan korelasinya dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil dari survei yang didukung oleh Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) ini dirilis di hadapan media di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Menurut Director of Public Affairs Praxis PR Sofyan Herbowo, ini merupakan survei independen kedua yang diselenggarakan oleh mereka. Survei yang dilakukan dari rentang 14 - 17 Juli 2023 ini melibatkan 1.108 responden dari 12 provinsi. Antara lain, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Sumatera Selatan, Lampung, Riau, dan Sulawesi Selatan.
Hasilnya, ada 62,64 persen responden memilih debat terbuka sebagai metode kampanye yang paling memengaruhi preferensinya dalam memilih. Sebaliknya, calon pemimpin yang memperoleh endorsement hanya memengaruhi 12,27 persen responden.
Dengan demikian, kata Sofyan, berdasarkan survei ini bisa dilihat adanya kecenderungan masyarakat memilih berdasarkan substansial, bukan lagi karena kesukaan terhadap salah satu kandidat atau direkomendasikan oleh kerabat.
Pria yang berlatar belakang Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, survei ini dilakukan karena ingin mengambil peran untuk merawat demokrasi di Indonesia yang juga mesti dijaga dengan baik. “Hasil ini membuat saya optimistis ke depan kita bisa memilih pemimpin berdasarkan alasan rasional,” ungkapnya.
Lewat debat terbuka, lanjut Sofyan, masyarakat dapat menilai dan melihat secara jelas cara kandidat mengartikulasikan kebijakan dan program mereka benar-benar memiliki dampak. “Melalui debat terbuka pula, masyarakat percaya bahwa proses Pemilu dapat membawa perubahan, tidak hanya sekadar untuk melanggengkan kekuasaan,” ujar pria yang juga merupakan Wakil Ketua Umum PAFI tersebut.
Agung Laksamana, Ketua PAFI, mengamini pernyataan Sofyan. Ia kemudian mengutip penelitian yang dilakukan oleh Prof. Albert Mehrabian, Profesor Emeritus Psikologi dari University of California, Los Angeles, Amerika Serikat. Hasil dari penelitian tersebut diketahui ada tiga formula yang memengaruhi efektivitas komunikasi. Ketiganya meliputi body language (55%), tone dan voice (38%), words (7%). Semua aspek itu dapat dilihat pada saat debat terbuka.
Memberi Dampak
Temuan lainnya dari survei tersebut antara lain diketahui 39,89 persen responden ragu-ragu apabila Pemilu akan membawa dampak nyata terhadap perekonomian masyarakat. Sementara itu, responden menilai indikator paling penting untuk menggambarkan pertumbuhan ekonomi adalah ketersediaan lapangan pekerjaan (73,29%), diikuti dengan kemudahan akses layanan dasar (71,84%), murahnya harga BBM dan bahan pokok (51,17%).
Sedangkan indikator pertumbuhan ekonomi menurut pemerintah adalah investasi, indeks pembangunan manusia, perdagangan internasional, pendapatan per kapita, kurs mata uang, sumber daya manusia berkualitas, dan indeks kualitas hidup. “Berarti ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah untuk dapat menerjemahkan indikator yang makro menjadi konkret dan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” kata Sofyan.
Ketiga, 53 persen responden tidak puas dengan tingkat kesetaraan pendapatan di Indonesia saat ini. Keempat, sebanyak 56,50 persen pemilih menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024 untuk menghindari hak pilihnya disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Sementara responden yang memilih menggunakan hak pilihnya karena tidak menginginkan salah satu pasangan capres dan cawapres menang hanya 7,49 persen.
Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat August Mellaz yang turut hadir dalam konferensi pers hari itu menyambut positif survei ini. Apalagi survei ini makin mempertebal keyakinan bahwa pemilih pada pemilu kali ini sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk menggunakan hak pilihnya. Mereka juga mampu berpikir kritis untuk memilih pemimpin yang berkualitas.
Sementara itu, sebagai lembaga penyelenggara debat terbuka, August mewakili KPU mengajak kepada para kandidat untuk mempersiapkan kampanye yang sehat yang berfokus pada kualitas program yang berdampak bagi masyarakat. (mfp)