Selama pandemi, perusahaan perhotelan berbasis teknologi, RedDoorz, memilih melakukan ekspansi multibrand untuk menjangkau semua segmen. Bagaimana strategi komunikasinya?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – RedDoorz, perusahaan perhotelan berbasis teknologi, memiliki cerita tersendiri selama mengarungi masa-masa pandemi COVID-19. Di kala banyak pihak memilih bersikap hati-hati dalam menjalankan bisnisnya, tidak demikian halnya dengan RedDoorz.
Saat itu, melalui pandangan sang CEO RedDoorz Amit Saberwal yang visioner, platform perhotelan dan akomodasi ini memilih melakukan ekspansi untuk memperluas segmentasi pasar. Kepada PR INDONESIA usai konferensi pers peluncuran program loyalitas pelanggan RedClub di Jakarta, Rabu (26/7/2023), Head of Integrated Communications RedDoorz Indonesia Cut Nany mengenang masa-masa penuh tantangan dan serba tidak menentu itu.
Menurut Nany, begitu ia karib disapa, langkah tersebut dilakukan karena sang CEO menangkap adanya peluang pariwisata pascapandemi. Ia juga meyakini pandemi akan berlalu. Dan, di masa pascapandemi nanti bakal menjadi momentum bagi masyarakat untuk kembali berlibur.
Dengan keyakinan tersebut, perusahaan yang tahun ini genap berusia delapan tahun itu memilih tetap berjuang dan bangkit bersama mitra-mitra propertinya. RedDoorz yang tadinya hanya dikenal sebagai operator hotel dengan harga terjangkau, selama pandemi telah melahirkan brand-brand baru. Masing-masing merek tersebut memiliki keunikan dan target konsumen berbeda-beda.
Sebut saja, brand Sunerra yang menyediakan akomodasi hotel bintang empat, The Lavana yang menyediakan akomodasi villa, Sans Hotel yang menyasar generasi muda, dan UrbanView Hotel yang menyediakan akomodasi dengan nuansa alam terbuka. “Selama pandemi, kami merangkul sekitar 300 mitra baru. Dengan demikian, hingga saat ini kami telah memiliki 3.200 mitra properti yang tersebar di 257 kota di Indonesia," katanya.
Tingkatkan “Awareness”
Berbagai strategi komunikasi pun dilakukan untuk meningkatkan kesadartahuan publik terhadap terobosan dan merek-merek baru RedDoorz. Termasuk, komitmen perusahaan untuk menjadi hospitality technology yang dapat diandalkan dan terjangkau bagi semua orang.
Sebagai perusahaan payung yang menaungi beragam brand tersebut, RedDoorz memiliki strategi dalam komunikasinya. Menurut PR Manager RedDoorz Indonesia Devi Febriana, sebagai perusahaan yang menaungi beragam brand, langkah pertama yang mereka lakukan adalah aktif melakukan sosialisasi di lingkungan internal.
Sejalan dengan itu, mereka juga melakukan sosialisasi di tingkat eksternal. Salah satunya, dengan mengadakan media luncheon dan media visit. "Acara tersebut menjadi kesempatan bagi kami untuk menjelaskan multibrand yang kami miliki,” ujar Devi, masih di acara yang sama. Agar jangkauannya makin luas, perusahaan yang didirikan tahun 2015 itu juga bermitra dengan travel vlogger dan hotel reviewer.
Nany menambahkan, RedDoorz memiliki keyakinan bahwa mengomunikasikan multibrand sama pentingnya dengan mengomunikasikan umbrella brand. Namun, mereka tidak menghilangkan brand RedDoorz di tiap publikasi multibrand. Hal ini dikarenakan brand RedDoorz sudah melekat di benak masyarakat. “Jadi, meskipun tiap multibrand memiliki kanal media sosial sendiri-sendiri, namun setiap ada pembukaan properti di masing-masing brand, RedDoorz tetap memberitakan hal tersebut," katanya.
Selain upaya tadi, perusahaan yang beroperasi di Indonesia, Singapura, Filipina, Vietnam dan Thailand ini pun melakukan strategi meluncurkan program loyalitas RedClub. Program ini selain bertujuan untuk meningkatkan awareness publik terhadap brand-brand baru yang berada di bawah payung RedDoorz, juga untuk membangun engagement, khususnya dengan pelanggan.
Program ini didedikasikan bagi pelanggan setia RedDoorz dan multibrand yang terus bertumbuh dalam kurun delapan tahun terakhir. Saat ini, kata Nany, ada lebih dari 70 persen pengguna RedDoorz yang merupakan repeat users. Artinya, mereka telah menginap di mitra hotel RedDoorz dan multibrand minimal tiga kali dalam setahun. (rvh)