Langgam IPC Kembalikan Reputasi
PRINDONESIA.CO | Minggu, 02/10/2016 | 1.590
Langgam IPC Kembalikan Reputasi

Pascaturbulensi, tercatat lebih dari tiga bulan perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang operator pelabuhan itu mengudara tanpa pilot. Akhir April 2016, Menteri BUMN Rini Soemarno menunjuk Elvyn G. Masassya sebagai Direktur Utama PT Indonesia Port Corporation (Persero) atau IPC. Elvyn sendiri sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan. Disusul kemudian 18 2016, Menteri Rini menetapkan tujuh direksi baru perusahaan yang dulunya dikenal dengan nama Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) tersebut.

Dalam suasana penuh keakraban bulan suci Ramadan dan semangat baru, di hadapan pewarta saat acara buka puasa bersama media di Jakarta, Jumat (17/6/2016), bahasa tubuh Elvyn seolah menyiratkan, “IPC siap kembali berkinerja!” Elvyn juga menyampaikan target dan empat langkah besar IPC. Antara lain, going concern, governance, pending matters, business development and transformation. 

Mereka pun merumuskan visi baru yang lebih tajam dan simpel. “Menjadikan IPC sebagai pengelola pelabuhan berkelas dunia, unggul dalam operasional dan pelayanan”. Visi tersebut akan dicapai melalui tiga tahapan. Yaitu, fit in infrastructure, management enhancement,  establishment. Dengan mengerahkan segala upaya tadi, IPC memasang target asetnya mencapai Rp 45,9 triliun, EBITDA Rp 3,4 triliun dan traffic Rp 6,5 juta triliun di akhir tahun. 

Konsolidasi Internal

Divisi Corporate Secretary memainkan peranan dalam mengomunikasikan visi dan tujuan perusahaan. Hal ini disampaikan Banu Astrini, Corporate Secretary IPC, kepada Majalah PR INDONESIA di sela-sela waktu berbuka.

Dengan adanya manajemen baru, mereka dituntut bergerak cepat. Konsolidasi internal menjadi prioritas utama. Bukan tanpa alasan, lini direksi saat ini lebih banyak diisi dari kalangan eksternal, bahkan bisa jadi tidak dikenal oleh sebagian besar “warga” IPC.  

Konsolidasi dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya CEO Letter. CEO Letter menjadi sarana bagi pimpinan untuk menanamkan prinsip dan budaya kerja melalui kalimat-kalimat positif. Adalah tugas Divisi Corsec menerjemahkan maksud pimpinan menjadi kalimat yang mudah dimengerti oleh karyawan di semua level. “Bapak (Elvyn) selalu memotivasi kami dengan kalimat, “Move on, don’t look back”. Fokus pada tujuan, bukan pada masalah,” ujarnya.   

Sementara untuk menyebarluaskan informasi mengenai berbagai aktivitas perusahaan dan direksi secara real-time, divisinya memanfaatkan media sosial, utamanya Twitter dan grup Whatsapp. Terlebih,  direktur utama beserta seluruh jajarannya mengedepankan komunikasi dua arah. Seperti sore itu di hadapan awak media, Elvyn mengumumkan jika seluruh direksinya mendapat kewenangan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pers. Tentu, sesuai kapasitas masing-masing.

Berkaca dari pengalaman di masa lalu, IPC kini lebih mengedepankan stakeholder relationship maintanance daripada berpolemik lewat media. Menurut Banu, memelihara relasi dengan cara bertemu langsung lebih efektif, terutama ketika perusahaan sedang mengalami turbulensi. rtn

 

 

 

 

Langgam IPC Kembalikan Reputasi

 

Pada pertengahan 2015, IPC ibarat pesawat yang sedang mengudara tinggi lalu mengalami turbulensi hebat.

 

Pascaturbulensi, tercatat lebih dari tiga bulan perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang operator pelabuhan itu mengudara tanpa pilot. Akhir April 2016, Menteri BUMN Rini Soemarno menunjuk Elvyn G. Masassya sebagai Direktur Utama PT Indonesia Port Corporation (Persero) atau IPC. Elvyn sendiri sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan. Disusul kemudian 18 2016, Menteri Rini menetapkan tujuh direksi baru perusahaan yang dulunya dikenal dengan nama Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) tersebut.

 

Dalam suasana penuh keakraban bulan suci Ramadan dan semangat baru, di hadapan pewarta saat acara buka puasa bersama media di Jakarta, Jumat (17/6/2016), bahasa tubuh Elvyn seolah menyiratkan, “IPC siap kembali berkinerja!” Elvyn juga menyampaikan target dan empat langkah besar IPC. Antara lain, going concern, governance, pending matters, business development and transformation. 

 

Mereka pun merumuskan visi baru yang lebih tajam dan simpel. “Menjadikan IPC sebagai pengelola pelabuhan berkelas dunia, unggul dalam operasional dan pelayanan”. Visi tersebut akan dicapai melalui tiga tahapan. Yaitu, fit in infrastructure, management enhancement,  establishment. Dengan mengerahkan segala upaya tadi, IPC memasang target asetnya mencapai Rp 45,9 triliun, EBITDA Rp 3,4 triliun dan traffic Rp 6,5 juta triliun di akhir tahun. 

 

Konsolidasi Internal

Divisi Corporate Secretary memainkan peranan dalam mengomunikasikan visi dan tujuan perusahaan. Hal ini disampaikan Banu Astrini, Corporate Secretary IPC, kepada Majalah PR INDONESIA di sela-sela waktu berbuka.

 

Dengan adanya manajemen baru, mereka dituntut bergerak cepat. Konsolidasi internal menjadi prioritas utama. Bukan tanpa alasan, lini direksi saat ini lebih banyak diisi dari kalangan eksternal, bahkan bisa jadi tidak dikenal oleh sebagian besar “warga” IPC.  

 

Konsolidasi dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya CEO Letter. CEO Letter menjadi sarana bagi pimpinan untuk menanamkan prinsip dan budaya kerja melalui kalimat-kalimat positif. Adalah tugas Divisi Corsec menerjemahkan maksud pimpinan menjadi kalimat yang mudah dimengerti oleh karyawan di semua level. “Bapak (Elvyn) selalu memotivasi kami dengan kalimat, “Move on, don’t look back”. Fokus pada tujuan, bukan pada masalah,” ujarnya.   

 

Sementara untuk menyebarluaskan informasi mengenai berbagai aktivitas perusahaan dan direksi secara real-time, divisinya memanfaatkan media sosial, utamanya Twitter dan grup Whatsapp. Terlebih,  direktur utama beserta seluruh jajarannya mengedepankan komunikasi dua arah. Seperti sore itu di hadapan awak media, Elvyn mengumumkan jika seluruh direksinya mendapat kewenangan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pers. Tentu, sesuai kapasitas masing-masing.

 

Berkaca dari pengalaman di masa lalu, IPC kini lebih mengedepankan stakeholder relationship maintanance daripada berpolemik lewat media. Menurut Banu, memelihara relasi dengan cara bertemu langsung lebih efektif, terutama ketika perusahaan sedang mengalami turbulensi. rtn

 

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI