Danone-AQUA terus berbenah untuk mengelola stakeholder yang lebih baik, efisien, dan tertarget.
BALI, PRINDONESIA.CO - Dari berbagai pengalaman yang dialami oleh Danone-AQUA, perusahaan pelopor air mineral dalam kemasan (AMDK) di tanah air yang merupakan bagian dari kelompok usaha Danone Indonesia tersebut, terus mencoba memperbaiki cara mengelola stakeholder agar menjadi lebih baik, efisien, dan tertarget. Hal ini diungkapkan oleh Krishnu Senjaya, Senior External Communication Manager Danone-AQUA, di hadapan peserta workshop kelas Stakeholder Management yang diselenggarakan oleh PR INDONESIA di Bali, Kamis (16/3/2023).
Menurut Krishnu, ada banyak stakeholder yang mesti di-engage oleh Danone-AQUA. Mulai dari pemerintah, karyawan, media, pelanggan, mitra bisnis, komunitas, non-governmental organization (NGO), ormas, universitas, hingga asosiasi. Pendekatan terhadap mereka pun berbeda-beda, bahkan boleh dibilang unik, untuk setiap 24 pabrik yang dimiliki oleh perusahaan yang beroperasi sejak tahun 1973 itu dan diakuisisi oleh Danone pada tahun 1998 tersebut.
Oleh sebab itu, kata pria lulusan Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR ini, korporasi perlu mengidentifikasi stakeholder beserta tujuannya. Sebab, ada banyak tujuan dari stakeholder management seperti melakukan advokasi dan mengubah mindset.
Krishnu lantas bertanya kepada para peserta mengenai kesulitan yang kerap mereka alami saat mengelola stakeholder. Menurut Ratna Wilujeng, peserta dari PT Infomedia Nusantara, salah satu kesulitan yang ditemui saat mengelola stakeholder, apalagi ketika sedang melakukan pemetaan, adalah menetapkan stakeholder prioritas. Sebab, setiap divisi memiliki goals yang berbeda-beda. Selain itu, manajemen biasanya hanya memprioritaskan stakeholder yang memiliki dampak terhadap bisnis.
Menentukan Prioritas
Untuk menjawab kesulitan yang dialami Ratna, Krishnu membagikan pengalamannya mengelola stakeholder di Danone-AQUA. “Saat akan melakukan stakeholder mapping, kami mengadakan workshop yang dihadiri oleh semua departemen,” katanya.
Dalam workshop tersebut, CEO yang juga hadir pada pertemuan itu akan menjelaskan goals dari bisnis perusahaan tahun ini. Selanjutnya, masing-masing departemen akan melakukan situasi analisis. Kemudian, mereka akan membuat stakeholder ranking yang ditindaklanjuti dengan membuat stakeholder mapping. “Dari sana kita akan mengetahui stakeholder prioritas yang harus dilakukan pendekatan, di-engage, termasuk cara engagement-nya,” ujar pria yang sebelumnya berkiprah sebagai konsultan di agensi PR ini.
Stakeholder mapping bertujuan untuk menganalisis dan mengelompokkan setiap pemangku kepentingan yang menjadi prioritas. Prioritas ini didasarkan pada minat, pengaruh, dan tingkat partisipasi stakeholder dalam proyek. Langkah berikutnya, melakukan stakeholder perspective. Tujuannya, untuk mengetahui isu yang sedang dihadapi oleh korporasi dan berbagai hal yang menjadi prioritas stakeholder. Tahap ini diikuti dengan membuat materiality matrix untuk mengetahui hal yang penting bagi korporasi dan stakeholder.
Setelah menemukan kesesuaian antara Danone-AQUA dengan stakeholder, diketahui keduanya sama-sama menganggap penting water dan plastic circular karena berdampak pada kesehatan, serta community development. “Merujuk dari hasil itu, maka selama beberapa tahun ke depan, kami akan fokus di sana baik dari sisi engagement maupun komunikasi,” katanya.
Hingga lahirlah Bijak Berplastik, kampanye yang diadopsi dari isu yang menjadi concern pemerintah. Yakni, mengubah penggunaan linear approach (membuat, memakai, membuang) menjadi circular economy approach (membuat, menggunakan kembali, mendaur ulang). Selama mengelola stakeholder, Krishnu tak lupa mengajak peserta agar melakukan monitoring, pengukuran, dan dampak. “Hasil inilah yang akan kita kembalikan kepada stakeholder,” tutupnya. (rtn)