Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyusun buku panduan komunikasi krisis. Simak tujuannya.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Strategi komunikasi yang tepat menjadi kunci organisasi dalam menghadapi krisis. Hal ini disadari betul oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).
Dilansir kemenparekraf.go.id, Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, peran komunikasi krisis sangat penting untuk memulihkan krisis yang disebabkan bencana alam maupun nonalam. “Komunikasi krisis yang efektif membuat kebijakan lebih tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu,” katanya di Bali, Selasa (16/5/2023). “Dengan demikian kita bisa bangkit dari krisis lebih cepat dan pulih lebih kuat,” sambungnya.
Sejalan dengan itu, Kemenparekraf sedang menyusun buku panduan komunikasi krisis. Nantinya, buku ini akan menjadi panduan komunikasi buat pemangku kepentingan (stakeholder) dalam mencegah, merespons, dan memulihkan kondisi krisis di dunia kepariwisataan.
Adapun isi panduan tersebut, menurut Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, berupa daftar tindakan Biro Komunikasi saat menghadapi prakrisis, krisis, dan pascakrisis.
Dewi berharap stakeholder Kemenparekraf memanfaatkan buku ini sebelum atau sesudah krisis sebagai pegangan dalam menerapkan strategi komunikasi. Sehingga informasi yang disampaikan kepada publik akurat dan transparan.
Mengutip ugm.ac.id, komunikasi krisis adalah proses mengumpulkan, memproses, dan mendiseminasi agar khalayak atau stakeholder memahami mitigasi dan dampak krisis pada organisasi. Dengan demikian keberadaan buku panduan krisis ini menjadi penting karena dapat menekan kemungkinan potensi terjadinya kesalahpahaman informasi di masyarakat. (jar)