Pemerintah adalah Organisator Informasi
PRINDONESIA.CO | Kamis, 06/04/2023
Pemerintah adalah  Organisator Informasi
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Selasa (6/12/2022), mengatakan, terdapat tiga tahap dalam model transfer informasi terorganisir. Terdiri dari produksi informasi, transmisi informasi, dan pemanfaatan informasi.
IABC INDONESIA

Dalam menyampaikan informasi publik, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggunakan teori proses transfer informasi terorganisasi. Menurut Wolfgang H. Meyer (2006), teori ini menjelaskan bahwa masing-masing aktor memiliki peran, cara, dan produk di masing-masing tahap. Hal ini disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak saat menjadi pembicara di acara IABC Indonesia Conference “Towards 2023: Communication for Impact”, Jakarta, Selasa (6/12/2022).

Emil mengatakan, terdapat tiga tahap dalam model transfer informasi terorganisir. Terdiri dari produksi informasi, transmisi informasi, dan pemanfaatan informasi. Di tahap produksi, para ahli bertindak sebagai aktor yang menyampaikan topik lewat media. Para ahli dapat berasal dari kalangan dokter, ulama, dan opinion leader lainnya.

Sementara di tahap transmisi, Pemprov Jawa Timur berperan sebagai organisator informasi. Tugasnya adalah mengelola informasi, menyampaikan informasi tersebut lewat jaringan, dan menciptakan arena komunikasi. Sehingga, kata pria yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Trenggalek itu, di tahap terakhir, informasi sampai ke penerima dan membangun persepsi serta reaksi.

Arena komunikasi publik antara dulu berbeda dengan sekarang. Jika dulu, pemerintah menyampaikan informasi lewat media konvensional dan bekerja sama dengan agensi. Sekarang, publik dapat memberikan reaksi secara langsung melalui media sosial. “Hal ini membuat komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah lebih demokratis,” kata pria yang meraih gelar S2 dan S3 dari Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang.

Untuk itu, Emil melanjutkan, diperlukan tiga elemen dalam berkomunikasi di masyarakat. Antara lain, body language (55%), tone of voice (38%), dan words (7%). “Dari sini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa atribut lebih penting daripada kata-kata,” imbuhnya.

Galang Kontribusi Masyarakat Emil melanjutkan, sebagai organisator informasi, Pemprov Jawa Timur menggunakan strategi high impact communication yang terdiri dari komunikasi internal, target audiens, dan strategi komunikasi. “Di tahap target audiens kita harus fokus pada penerima pesan,” ujar pria kelahiran tahun 1984 itu.

Saat ini, generasi muda memiliki peran besar dalam mendukung jalannya pemerintahan. Tantangannya adalah generasi muda memiliki rasa penasaran yang tinggi dan bersikap skeptis terhadap suatu hal. Mereka juga tidak memiliki tingkat pemahaman yang sama. Untuk itu, narasi tidak bisa lagi satu untuk semua, melainkan harus dibuat secara personal.

Menurut Emil, narasi yang dipersonalisasi mampu membangun engagement dengan generasi muda. Contoh, membuat narasi dengan tema menjaga lingkungan melalui cara-cara menyenangkan yang disampaikan lewat kanal-kanal media sosial. Sehingga, masyarakat secara sukarela mengikuti program pemerintah seperti membersihkan selokan dan membudidayakan ikan lele di dalamnya.

Di samping itu, ia juga menyoroti pentingnya upaya untuk menjalankan komunikasi yang berkelanjutan. Ia berpendapat, komunikasi berkelanjutan penting untuk membangkitkan regulasi yang membawa perubahan dan meningkatkan engagement dengan karyawan, memompa reputasi, hingga memenuhi ekspektasi investor. (rvh)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI