Isu politik masuk jajaran lima teratas yang paling banyak diperbincangkan di media sosial. Penting bagi masyarakat untuk bersiap dan memiliki literasi digital yang mumpuni agar tidak tenggelam ke dalam aksi yang mengarah kepada perpecahan.
Menurut data yang dihimpun perusahaan media monitoring, NoLimit Indonesia, isu politik mendominasi tahun 2022. Sebut saja, isu pemilihan presiden (pilpres) sebanyak tiga juta data percakapan dan isu Ibu Kota Nusantara (IKN) sebanyak empat juta data percakapan. Adapun isu-isu lainnya yang mendominasi adalah perhelatan forum G20 dan tragedi Kanjuruhan, masing-masing 1,1 juta data. Isu lain yang berada di jajaran top 5 adalah MotoGP dengan 700 ribu data percakapan.
Co-founder dan CEO NoLimit Indonesia Aqsath Rasyid kepada PR INDONESIA, Senin (16/1/2023), mengatakan, tiga dari lima isu teratas seperti G20, Kanjuruhan, dan MotoGP adalah isu yang bersifat eventual. Maksudnya, percakapannya naik hanya pada saat peristiwa sedang berlangsung. Biasanya, percakapan ini meningkat selama tiga sampai tujuh hari. Setelah itu, trennya menurun. Berbeda halnya dengan isu yang bersifat politik, seperti pilpres dan IKN. Setiap bulan, percakapan di media sosial mengenai kedua isu ini relatif tinggi. Apalagi menjelang Pilpres 2024.
Aqsath kemudian mengenang memorinya pada saat fenomena Pilpres 2019. Ketika itu, masyarakat masih belum memiliki literasi digital sebaik sekarang. “Masih banyak orang terpancing emosi akibat informasi yang bersifat provokatif. Pada akhirnya, memicu debat di media sosial,” ujarnya. Kondisi ini makin diperparah dengan adanya efek ruang gema (echo chambers). Hal ini mengakibatkan masyarakat hanya mendapatkan informasi sesuai dengan preferensi dan keyakinannya. Sehingga, polarisasi tak terhindarkan.