Untuk menjadi perusahaan global dengan konsep berkesinambungan, Great Giant Foods harus mampu mewujudkan kolaborasi harmonis antara perusahaan dengan para stakeholder.
BALI, PRINDONESIA.CO – Menjalin hubungan baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) menjadi tugas wajib bagi seorang humas. Tentulah, tidak mudah bagi seorang humas dalam menjalin hubungan baik dengan para karyawan, pelanggan, investor, pemerintah, masyarakat yang termasuk dalam payung besar pemangku kepentingan.
Dari paparan materi yang disampaikan oleh Indra Ardiyanto kepada 90 peserta di kelas stakeholder engagement dalam acara The 8th PR Indonesia Awards (PRIA) 2023 menyampaikan, segala proses komunikasi, konsultasi, kolaborasi antara organisasi dan semua pihak perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kegiatan atau operasional perusahaan disebut dengan stakeholder engagement.
Menambahkan kutipan dari kbr.id, pengembangan usaha GGF dalam industri makanan dan minuman secara terintegrasi ini (from farm to plate) menekankan pada konsep pertanian-peternakan berkesinambungan (Sustainbale farming, Good Farming Practise, Animal Welfare, Good Manufacturing Practise, Food Safety, Halal, Tracebility)
GGF juga berhasil mengembangkan pendekatan Creating Shared Value (CSV) sebagai bentuk pertanggung jawaban sosial serta kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, khususnya masyarakat (responsible citizen).
“Menjalin komunikasi dengan banyak pihak mulai dari sektor kementerian, kedutaan, media, maupun masyarakat terus kami gencarkan sehingga mereka dapat mengenal baik produk berkualitas dunia,” tutur Indra.
Menjalin hubungan baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fungsi public relations (PR). Demikian yang dirasakan oleh Head of Corporate Communications Great Giant Food (GGF) Indra Ardiyanto.
“Kami terus menjalin komunikasi yang baik dengan banyak pohak mulai dari kementerian, keduataan, media, termasuk masyarakat, agar mereka dapat mengenal dengan baik produk berkualitas dunia,” ujarnya saat mengisi sesi testimoni di Kelas Stakeholder Management yang merupakan rangkaian agenda dari penyelenggaraan PR Indonesia Awards (PRIA) 2023 di Bali, Kamis (16/3/2023).
Berdasarkan pengalamannya, ketika menjalin hubungan dengan para pemangku kepentingan, PR juga harus andal dalam mengidentifikasikan, menganalisis, dam merealisasikan interaksi dengan pemangku kepentingan. Tujuannya, agar PR memahami kepentingan dan kebutuhan para stakeholder. Sehingga, terjadi kolaborasi harmonis antara korporasi dengan pihak terkait.
Menurut Indra, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh PR ketika membangun hubungan baik dengan para pemangku kepentingan. Antara lain, menjalin komunikasi terbuka dan transparan secara efektif, perusahaan mau mendengarkan dan memahami kebutuhan para pemangku kepentingan. Lalu, dapat memberikan nilai tambah kesejahteraan hidup dan mengakui kontribusi yang telah dilakukan para pemangku kepentingan. Terakhir, diperlukan kemampuan untuk mengelola konflik sehingga dapat memberikan solusi terbaik.
Permasalahan yang Terjadi
Akan tetapi, dalam realisasinya terkadang masih ditemui beberapa kendala yang perlu mendapat atensi lebih seperti tidak memahami kebutuhan dan kepentingan stakeholders, tidak terbentuknya sebuah komunikasi efektif dua arah, tidak memiliki keterampilan memadai untuk mengetahui apa strategi terbaik yang bisa dilakukan ke depannya. Kemudian, tidak dapat mengelola harapan pemangku kepentingan, tidak memberikan solusi dan tidak menunjukkan adanya komitmen kuat dari perusahaan.
Solusi
Oleh karena itu, menelisik dari permasalahan di atas diperlukan adanya solusi untuk meminimalisir permasalahan yang terjadi dalam menjalin hubungan dengan pemangku kepentingan. Beberapa solusi yang dapat dilakukan humas perusahaan sesuai arahan dari pria yang sudah berkontribusi di dunia PR selama lebih dari 20 tahun, yaitu dengan meningkatkan komunikasi dengan para pemangku kepentingan, meningkatkan sumber daya manusia, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan.
Selanjutnya, perusahaan dapat menunjukkan penguatan komitmennya dengan melibatkan pemangku kepentingan contohnya melalui program-program yang dapat memberdayakan para pemangku kepentingan.
Setelah memahami apa yang dibutuhkan para pemangku kepentingan diperlukan adanya aksi nyata untuk mewujudkan tujuan bersama. “Stakeholder perlu diajak untuk berkembang bersama dengan perusahaan hingga dapat mencapai keberhasilan menjadi perusahaan yang mendunia,” ujar pria yang meraih gelar doktor Universitas Padjajaran. (eda)