Kecerdasan ChatGPT dianggap tidak bakal mengancam profesi public relations (PR). Benarkah demikian?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kemunculan Chat Generative Pre-trained Transformer (ChatGPT) mengegerkan dunia teknologi. Hanya dalam kurun waktu lima bulan sejak dirilis 30 November 2022, dikutip dari dataindonesia.id, Kamis (26/1/2023), platform chatbot buatan OpenAI ini berhasil mencapai satu juta pengguna. Luar biasa!
Padahal, aplikasi populer sekelas Instagram membutuhkan waktu 2,5 bulan untuk mencapai satu juta pengguna. Sementara Spotify berada di poisisi ketiga membutuhkan waktu lebih lama dari lima bulan.
ChatGPT merupakan chatbot yang dikembangkan menggunakan teknologi keceradasan buatan atau artificial intelligence (AI). Dilansir dari piercom.com, Rabu (1/2/2023), layaknya manusia, ChatGPT mampu membuat surat pengantar, menulis resume, hingga menulis esai 500 kata hanya dalam waktu dua menit.
Tak heran, kehadirannya menuai pro dan kontra. Ada yang menyambut positif karena dinilai keberadaannya dapat memudahkan pekerjaan. Sebaliknya, tak banyak juga yang merespons negatif karena dianggap bakal mengancam profesi, salah satunya public relations (PR). Benarkah demikian?
Belum Tergantikan
Jawabannya, tak perlu cemas. Sebab, menurut Nugraha Andaf, CEO Andaf Corporation Group, perusahan agensi public relations (PR), saat mengisi sesi MAW Talk, Senin (6/3/2023), kehadiran ChatGPT belum bisa menggantikan praktisi PR profesional.
Terlepas dari kecerdasannya, kata Andaf, ChatGPT juga memiliki sejumlah kelemahan krusial. “Robot yang tidak mempunyai kemampuan emosional dan empati seperti manusia,” katanya. “Hanya manusia yang bisa berpikir dan menganalisis yang bisa membuat keputusan,” imbuhnya.
Meski demikian, praktisi PR tetap harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman. Praktisi PR dapat menggunakan ChatGPT untuk mempermudah pekerjaan sehingga menjadi lebih efektif, efisien, dan akurat. ChatGPT juga membantu PR dalam hal menghemat waktu dan memberikan kesempatan untuk dapat mengambil lebih banyak perspektif.
Tak lupa, ia berpesan agar praktisi PR selalu meningkatkan kemampuan strategi, berpikir kreatif, terus belajar, serta mengasah keterampilan baru agar dapat seirama dengan perkembangan teknologi. (jar)