Resesi dan Komunikasi: Intensif dan Repetitif
PRINDONESIA.CO | Minggu, 05/03/2023 | 1.416
Resesi dan Komunikasi: Intensif dan Repetitif
Kementerian Perdagangan telah melakukan mitigasi risiko pelemahan pemintaan dunia yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor.
Dok. kumparan

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Laporan International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 menunjukkan yang terlemah sejak tahun 2021. Bahkan, dalam laporan World Economic Outlook (WOE) terbaru edisi Juli 2022, IMF merevisi laporan tersebut dengan memangkas pertumbuhan ekonomi tahun 2023 dari sebelumnya 2,9% menjadi 2,7%.

Hal ini sejalan dengan meningkatnya risiko resesi ekonomi di sejumlah negara yang disebabkan oleh memanasnya hubungan dua negara antara Rusia dengan Ukraina. Di samping faktor pemulihan pascapandemi serta tekanan inflasi yang berpotensi menurunkan permintaan agregrat dunia.

Menurut Ani Mulyati, Kepala Biro Humas Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui pernyataan secara tertulis kepada PR INDONESIA, Jumat (30/12/2022), dampak yang akan ditimbulkan dari resesi ekonomi pada aspek perdagangan adalah melemahnya permintaan global. Hal ini akan berimplikasi pada tekanan terhadap harga-harga komoditas yang akan turut memengaruhi pertumbuhan perdagangan dan penerimaan ekspor.

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI