Saat ini aksi kolaborasi bukan lagi sebagai opsi, melainkan aspek penting strategi komunikasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kolaborasi komunikasi menjadi salah satu isu yang mengemuka di acara Konvensi Humas Indonesia (KHI) 2022, agenda yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta, Rabu (14/12/2022). Di sesi pembuka bertajuk “Kolaborasi untuk Indonesia Maju” yang dipandu oleh Glory Oyong dari BPP PERHUMAS ini menghadirkan empat pembicara. Mereka adalah Direktur Utama Holding BUMN Farmasi Honesti Basyir, Deputi Direktur Bidang Hubungan Masyarakat Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan Oni Marbun, Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Ari Respati, serta Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Tri Agung Kristanto.
Direktur Utama Holding BUMN Farmasi Honesti Basyir mengatakan, pandemi Covid-19 telah menjadi pelajaran luar biasa betapa pentingnya kolaborasi. “Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang mampu mengatasi pandemi seorang sendiri,” katanya. Hal itu pula yang dirasakan oleh induk Holding BUMN Farmasi, Bio Farma, ketika ditunjuk pemerintah sebagai penyedia vaksin COVID-19.
Menurut Honesti, kesuksesan melawan pandemi tidak terlepas dari aksi kolaborasi antarlembaga dan instansi untuk memastikan program vaksinasi dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia. Namun, entitas yang paling esensial dalam program vaksinasi ini sebenarnya adalah masyarakat itu sendiri. "Tidak mudah mengedukasi masyarakat, apalagi banyak stigma negatif mengenai vaksin,” katanya.
Dari pengalaman itu, ia menyadari upaya komunikasi tidak cukup hanya memanfaatkan sumber daya internal pemerintah. Sebaliknya, perlu pendekatan yang beragam untuk menjangkau audiens dari berbagai macam latar belakang. Salah satunya dengan mengajak influencer untuk turut andil mengedukasi dan mengampanyekan vaksin.
Pengalaman serupa juga dialami oleh BPJS Ketenagakerjaan. Terutama dalam menyikapi masih banyaknya mispersepsi di tengah masyarakat mengenai peserta yang dapat menikmati layanan BPJS Ketenagakerjaan dan risiko pekerjaan yang mungkin mereka hadapi. “Banyak pekerja informal yang menganggap kalau mereka tidak termasuk ke dalam pekerja yang dilindungi,” ujar Deputi Direktur Bidang Hubungan Masyarakat Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan Oni Marbun.
Sebagai jalan keluar, BPJS Ketengakerjaan lantas menyusun strategi komunikasi berbasis riset yang dapat dipersonalisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. “Kami percaya, setiap orang memiliki cara pendekatan dan strategi komunikasi yang berbeda untuk dapat memahami suatu pesan,” imbuhnya.
Dari Jiwa
Sementara itu, Ari Respati, Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), menyoroti pentingnya membangun ekosistem yang saling terkoneksi. Entitas yang penting untuk dapat saling terhubung itu meliputi karyawan, konsumen, masyarakat, pemilik usaha/investor, dan pemerintah. Ia meyakini dengan saling terkoneksinya kelima entitas ini akan menciptakan manfaat yang berkelanjutan. Tidak hanya dari segi bisnis, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat sekitar. “Kolaborasi adalah kunci untuk menghidupkan kembali industri pariwisata yang telah lama mati karena pandemi,” katanya.
Menurut Tri Agung Kristanto, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, bicara soal kolaborasi tidak terlepas dari aktivitas dan peran humas. Nah, salah satu mitra humas dalam berkolaborasi adalah jurnalis. Kolaborasi ini tidak bisa dibangun hanya sebatas hubungan profesional. Lebih dari itu, harus didasari dengan empati dan interaksi menggunakan hati juga jiwa. Ia meyakini hanya ada satu kolaborasi yang akan berkelanjutan di masa depan. Hal yang tidak dimiliki oleh mesin, teknologi, bahkan kecerdasan buatan sekali pun. Yaitu, kolaborasi yang dilandasi oleh perasaan yang berasal dari jiwa. (zil)