">
Junanto Herdiawan, Direktur Departemen Komunikasi BI: "Tidak Ada Kata Final"
PRINDONESIA.CO | Senin, 14/11/2022 | 3.612
Junanto Herdiawan, Direktur Departemen Komunikasi BI:
Menurut Junanto Herdiawan, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia kepada PR INDONESIA di Jakarta, Jumat (16/9/2022), isu di bank sentral seperti BI adalah soal membangun kredibilitas.
Dok. PR INDONESIA

 JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Namun, baru pada hari Jumat (16/9/2022), kami berkesempatan untuk mengenal Junanto Herdiawan, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), lebih dalam. Kami tak menduga percakapan selama 1,5 jam dengan peraih gelar doktor di bidang Filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, itu terasa begitu menyenangkan.

Lewat Junanto pula kami mengetahui perjalanan Departemen Komunikasi BI hingga menjadi fungsi strategis di manajemen seperti sekarang. Ya, pria yang gemar menulis dan telah menerbitkan enam karya buku ini merupakan saksi sekaligus sosok yang terlibat dalam proses panjang itu. Kepada Ratna Kartika dan Aisyah Salsabila dari PR INDONESIA, ia berkisah.

Apa kabar?

Kabar baik, alhamdulillah. Terima kasih atas kesempatan yang sudah diberikan oleh PR INDONESIA.

Pandemi dan perkembangan teknologi telah mengubah banyak hal, termasuk potensi isu dan krisis. Isu apa yang saat ini sedang dihadapi BI? 

Kalau di bank sentral seperti BI, isunya adalah soal membangun kredibilitas.

Menyikapi hal tersebut, kami dari sisi komunikasi menilai BI perlu memiliki strategi komunikasi yang utuh dan menyeluruh agar tidak berserakan, reaktif, atau hanya responsif dan menanggapi sekadarnya. Jadi, setiap awal bulan, Departemen Komunikasi BI membuat strategi komunikasi yang diturunkan ke dalam berbagai taktik komunikasi. Untuk kemudian disalurkan kepada kanal-kanal komunikasi yang kami miliki. Taktiknya disesuaikan dengan audiens yang disasar. Ada yang above the line, below the line, wawancara, pertemuan one on one, dan lain sebagainya.

Strategi dan taktik komunikasi yang kami lakukan itu bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang tepat terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh BI. Sehingga, kami mampu mencapai beberapa hal. Antara lain, pertama, kami mampu mengelola atau membentuk ekspektasi stakeholder. Ekspektasi ini penting karena kebijakan bank sentral itu membangun ekspektasi bersama-sama. Kami meyakini  Sebab, ekspektasi pasar berkorelasi memengaruhi perilaku masyarakat. Kalau ekspektasi salah, sudah pasti akan terjadi kejadian yang di luar keinginan kita.

Misalnya, BI mengeluarkan kebijakan menaikkan suku bunga. Tujuannya, untuk menunjukkan ada tekanan kepada inflasi inti dan harga-harga akan naik. Sehingga, masyarakat diharapkan dapat bersikap yang sama untuk saling menjaga. Artinya, masyarakat tidak kemudian ramai-ramai menaikkan harga atau memborong seluruh barang. Dengan membentuk ekspektasi, masyarakat dapat berperilaku sesuai dengan yang kami harapkan.

Kedua, membangun literasi dan edukasi publik. Apalagi di era digital seperti sekarang. Informasi, termasuk hoaks, berkembang lebih cepat dan luas. Maka, kurangnya literasi dan edukasi akan membuat masyarakat mudah termakan hoaks atau informasi yang tidak jelas sumbernya.

Ketiga, transparansi, keterbukaan, dan responsibilitas Saat ini sudah ada UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Undang-undang tersebut mengatur hal-hal yang perlu disampaikan secara transparan kepada publik sebagai pemohon informasi.

Bagaimana cara untuk mengetahui keberhasilan dari strategi yang sudah dilakukan oleh Departemen Komunikasi BI selama ini?

Kalau kita ingat beberapa masa yang lalu, setiap kali ada guncangan, rupiah langsung melemah. Masyarakat juga langsung turun ke jalan melakukan aksi demo. Sekarang, kita melihat situasinya sudah relatif lebih stabil. Ketika terjadi guncangan, di lapangan tidak serta-merta terjadi huru-hara, apalagi membuat masyarakat menjadi tidak percaya terhadap rupiah.

Saat ini kita melihat rupiah sudah digunakan sebagai mata uang NKRI. Dulu, kita masih sering menemukan transaksi menggunakan dolar. Bahkan arisan pun pakai dolar. Sekarang, masyarakat sudah cinta dan bangga terhadap rupiah. Ini menunjukkan bahwa sudah terbangun kredibilitas dan public trust.

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI