Suatu ketika ada sepasang suami istri bertengkar hebat. Penyebab masalah pertengkaran itu adalah karena sang suami salah memahami anggukan sang istri. Pada saat itu, suami menanyakan persetujuan belanja yang perlu dihemat, seiring dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Maka, kebutuhan yang bersifat sekunder/tersier dikurangi atau dihilangkan.
Oleh: Muchammad Fadlan, Pranata Humas Ahli Muda UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Persepsi suami adalah perawatan wajah, kulit atau tubuh istri bukan merupakan kebutuhan pokok. Maka, jatah belanja terkait hal tersebut dihilangkan. Sedangkan persepsi sang istri, sebaliknya. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi pangkal dari pertengkaran tersebut. Sepasang suami istri ini telah hidup bersama dalam kurun waktu cukup lama, namun dalam kondisi tertentu ternyata tidak dapat memahami persepsi pasangannya dengan baik.
Kisah di atas merupakan ilustrasi tentang betapa sulitnya memahami persepsi orang lain agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. Pasangan suami istri saja dapat keliru dalam mempersepsikan pasangannya, apalagi kekeliruan dalam mempersepsikan pesan yang disampaikan oleh sahabat, rekan kerja, atau orang lain yang baru dikenal. Ketidakcermatan dalam memahami persepsi dapat menyebabkan kegagalan dalam komunikasi.
Manusia memang makhluk yang istimewa sekaligus misterius. Hampir tidak ada keajekan padanya. Penuh dengan emosi, sensasi, imajinasi, dan fantasi, menjadikan manusia dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada pada dirinya. Meski demikian bagaimana pun kondisi manusia, ternyata kita juga mampu memahaminya. Kita masih mampu bergaul dan menduga perilakunya. Namun, perlu adanya kemampuan dalam memahami dan mempersepsikannya.