Resesi di Depan Mata, Apa yang Bisa Dilakukan PR?
PRINDONESIA.CO | Senin, 17/10/2022 | 1.369
Resesi di Depan Mata, Apa yang Bisa Dilakukan PR?
Diprediksikan resesi akan terjadi pada tahun 2023, lalu bagaimana posisi PR?
Dok. Pikisuprstar

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Sejak pertengahan Juli 2022, tepatnya dalam acara Islamic Development Bank, Selasa (19/7/2022), seperti yang dilansir dari CNNIndonesia.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengisyaratkan akan adanya resesi ekonomi di sejumlah negara yang terasa kian nyata. Kondisi ini tak menutup kemungkinan juga terjadi di Indonesia.

Resesi merupakan periode penurunan ekonomi sementara. Pada saat itu aktivitas perdagangan dan industri berkurang. Kondisi ini  umumnya ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua kuartal berturut-turut.

Dikutip dari laman World Bank, 15 September 2022, bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi. Dengan kenaikan tersebut, dunia berpotensi bergerak menuju resesi global pada tahun 2023. Ancaman resesi antara lain terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), pemotongan anggaran, restrukturisasi. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk dari usaha organisasi/korporasi untuk bertahan dalam situasi krisis.

Kebijakan tersebut tentu akan berdampak pada seluruh divisi yang ada di organisasi, termasuk PR. Pertanyaan muncul kemudian, apakah PR masih relevan dan berperan strategis untuk dipertahankan?

Michael Kaye, Direktur Komunikasi Global OkCupid, seperti yang dilansir dari laman Publcist.co, pada tanggal 2 Juni 2022, mengatakan, terlepas dari hal yang sedang terjadi di dunia, fungsi dan dampak dari PR tetap sama. Saat krisis, kepercayaan menjadi lebih penting dari sebelumnya. Sudah merupakan tugas utama PR untuk membentuk kepercayaan tersebut.

Sependapat dengan Kaye, pendiri agensi PR Angle42 Saul Hudson mengatakan, PR dapat membentuk reputasi perusahaan yang lebih baik di saat krisis. Salah satunya, dengan cara menyampaikan informasi kepada khalayak tentang aktivitas, kemajuan, dan empati dari organisasi.

Selain untuk mempertahankan reputasi, peran PR juga berdampak terhadap keuntungan jangka panjang perusahaan. Studi McGraw-Hill membawa kita belajar dari resesi yang terjadi di tahun 1985. Tiga tahun setelah resesi, perusahaan B2B terus beriklan dan berkomunikasi dengan khalayak mendapatkan hasil penjualannya naik hingga 275%. Sementara korporasi yang memilih memotong anggaran hanya naik 19%.

Komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan dapat membantu korporasi dalam menjaga kepercayaan dan ekuitas merek yang selama ini terbangun.. Kehadiran korporasi di tengah publik mampu memberikan keyakinan dan menempatkan mereka pada posisi yang lebih baik. Di samping dapat menumbuhkan citra sebagai merek yang dapat diandalkan oleh publik, baik pada kondisi yang stabil ataupun buruk. (zil)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI