Karyawan merupakan duta perusahaan. Sikap dan perilakunya yang mencerminkan nilai-nilai korporasi diyakini bakal berdampak pada persepsi publik.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kejadian yang mencoreng nama negeri ini kembali terjadi. Peristiwa ini berawal dari maskapai Turkish Airlines, penerbangan internasional rute Istanbul, Turki, menuju Jakarta, Indonesia, yang terpaksa mendarat darurat di Bandara Internasional Kualanamu, Sumatera Utara, pada Selasa, 11 Oktober 2022.
Penyebabnya karena ada penumpang asal Indonesia dalam keadaan mabuk membuat keributan. Setelah ditelusuri, ternyata penumpang tersebut adalah pilot Batik Air yang merupakan bagian dari Lion Air Group.
Lion Air Group, melalui Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro, seperti yang dilansir dari Detik.com, 12 Oktober 2022, segera memberikan pernyataan resmi secara tertulis. Mereka tidak membantah, tetapi sekaligus menegaskan bahwa yang bersangkutan sedang tidak dalam posisi bertugas untuk kepentingan profesi dan perusahaan. Melainkan, sedang melakukan perjalanan untuk keperluan pribadi (masa cuti).
Korporasi juga menghormati upaya penanganan yang sudah dan sedang dilakukan oleh pihak terkait dan berkepentingan. Serta, mendukung instansi yang berwenanguntuk mendalami dan menyelesaikan insiden tersebut.
Meski perusahaan berupaya cepat dan transparan dalam menanggapi peristiwa tersebut, tidak lantas mendapat respons positif dari publik. Salah satunya seperti komentar warganet di kolom komentar Detik.com, menanggapi berita tersebut. “Lion lagi, Lion lagi. Pilot Mabuk. Karyawan Mabuk. Halo manajemen?”
Dari peristiwa ini dapat ditarik kesimpulan, perilaku karyawan adalah cerminan perusahaan. Adalah public relatons (PR) melalui fungsinya sebagai internal communication turut memiliki andil dalam mengomunikasikan, menanamkan, hingga menumbuhkan nilai-nilai korporasi.
Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Agung Laksamana, Executive Vice President Government Relations, External Affairs and Corporate Communications PT Freeport Indonesia, saat mengisi sesi PERHUMAS 1st Internal Communications Conference di Jakarta, Kamis (28/2/2019). Ia mengatakan, posisi karyawan sebagai duta bagi perusahaan sangat esensial. Sikap dan perilaku karyawan akan berdampak pada persepsi pelanggan dan pertumbuhan revenue perusahaan.
Oleh karena itu, penting bagi PR untuk meraih perhatian karyawan. Upaya meraih perhatian karyawan ini perlu didukung dengan strategi yang tepat. Di hadapan para peserta, pria yang sebelumnya merupakan Director Corporate Affairs APRIL Group itu berbagi tips cara merebut atensi karyawan.
1. Menguasai strategi.
Sebelum melakukan program komunikasi, praktisi PR harus memahami tujuan dari program yang akan dilakukan, termasuk arah program tersebut.
2. Mengenali target audiens komunikasi internal.
PR sebaiknya tidak ragu untuk bertanya kepada karyawan mengenai hal yang mereka butuhkan. Dengan demikian, PR dapat menentukan dan membuat program yang paling tepat.
3. Mengetahui lokasi berkumpul dari target audiens.
Penting bagi PR untuk mengetahui dan memerhatikan tempat berkumpul target audiensnya. Misalnya, secara digital melalui media sosial, atau bertatap muka langsung.
4. Membuat konten.
Tak kalah penting, PR juga harus mampu menemukan kisah yang menarik untuk disampaikan kepada karyawan. Sebaiknya, membuat kisah yang singkat dan tidak bertele-tele.
5. Agenda setting.
Agenda setting merupakan teknik untuk meningkatkan kesadaran atau perhatian karyawan dengan menekankan pada isu tertentu. Maka, PR perlu membingkai isu yang dianggap penting untuk menumbuhkan kesadaran karyawan.
6. Menetapkan hasil dan dampak.
PR harus merancang program yang dapat memengaruhi perilaku karyawan dan berdampak pada persepsi publik terhadap citra organisasi.
7. Memperhatikan interaksi.
PR harus mampu memperhatikan interaksi yang terjadi, baik melalui media sosial, maupun percakapan yang terbangun dari cerita dan konten yang disampaikan.
8. Repetitif.
Menurut Agung, karyawan umumnya membutuhkan waktu tiga hingga lima kali untuk dapat menyerap dan memercayai informasi. Oleh karena itu, PR harus memastikan program yang dikomunikasikan dapat dengan mudah dipahami oleh karyawan.
9. Mengukur dampak.
Tujuan PR melakukan pengukuran adalah untuk mengetahui efektivitas dan dampak setelah audiens memperoleh informasi.
Ketua Umum BPP PERHUMAS periode 2017 – 2020 itu mengatakan, salah satu kunci sukses perusahaan adalah dengan memastikan karyawan bahagia. Kebahagiaan itu selanjutnya dipastikan menular dan dapat dirasakan oleh shareholder, tak terkecuali konsumen/pelanggan. (zil)