Butuh waktu tiga tahun sampai akhirnya Anne memiliki keberanian untuk tampil sebagai Cover Story di PR INDONESIA. Kami memaklumi. Sebab, di masa awal terjun di dunia humas pun ia masih harus menghadapi pergulatan batin. Sejak ditunjuk sebagai VP Corporate Communications (sekarang VP Corporate Secretary) PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) pada pertengahan tahun 2019, hidupnya memang tak lagi sama. Bahkan, perempuan yang kala itu masih berusia 34 tahun tersebut mengaku awalnya sempat ingin mundur. Sampai ia berada di titik mau menerima, beradaptasi, dan belajar cepat.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Hal ini wajar. Sebab, perempuan lulusan Teknik Informatika dari Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, yang dikenal sebagai “anak IT” itu memang sebelumnya lebih banyak bekerja dari balik layar. Kalau soal urusan IT, kompetensi dan prestasinya tidak perlu diragukan. Sebelum bergabung di PT KCI, perempuan berdarah Batak-Jawa itu sudah lebih dulu sukses mengelola media sosial dan CRM PT KAI lewat dukungan IT. Bahkan, hingga mengantarkan perusahaan pelat merah tersebut mendapatkan pengakuan dan apresiasi gemilang di kancah internasional.
Siapa yang menyangka, ternyata menjadi humas adalah passion yang selama ini tersembunyi dan akhirnya mengemuka ke permukaan. Kepada Ratna Kartika dan Rizka Vardya dari PR INDONESIA, Anne bercerita mengenai pengalamannya selama menjadi “konduktor” komunikasi yang penuh gejolak dan dinamika. Harapannya begitu besar terhadap fungsi dan keberadaan PR untuk KCI di masa depan. Berikut penuturannya.
Dunia perkeretaapian di Indonesia sudah mengalami banyak perubahan selama lebih dari sepuluh tahun belakangan. Seperti apa Anda melihat wajah kereta api, khususnya komuter saat ini?
Commuter line telah mengubah budaya. Bayangkan, dulu banyak yang menyangsikan kita mampu menertibkan para ataper (istilah bagi para penumpang kereta yang naik ke atap gerbong kereta). Sampai akhirnya, semua penumpang bersedia masuk ke dalam kereta secara tertib. Berawal dari kereta, kita bisa mengubah kebiasaan dari yang awalnya menggunakan karcis menjadi kartu. Selain itu, mendorong penumpang untuk membiasakan budaya antre, tepat waktu, menjaga kebersihan, hingga disiplin menjalankan protokol kesehatan saat pandemi.