Istilah digital public relations (PR) kerap dimaknai hanya sebatas mentransformasikan pekerjaan PR ke ranah digital. Padahal, ada banyak tantangan yang harus dipahami serta kompetensi yang harus dimiliki oleh para praktisi PR di era digital. Apa saja?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut founder dan CEO LSPR Communication and Business Institute Prita Kemal Gani, perkembangan era digital mempengaruhi segala aspek, tak terkecuali industri PR. Setidaknya ada enam tantangan yang harus dihadapi oleh PR di tengah perubahan media informasi. Pertama, dapat dipercaya. Ketika berkomunikasi di ranah virtual, maka kita tidak saling mengenal dengan audiens. Dengan demikian, membangun kepercayaan terhadap brand/organisasi menjadi tantangan tersendiri bagi PR digital.
Kedua, percakapan. Menurut PR INDONESIA Guru itu, PR harus membangun komunikasi dua arah. “Apa yang diinginkan oleh audiens kita, pahami, dan sampaikan,” ujarnya saat mengisi webinar yang diselenggarakan oleh Infobrand bertajuk “Membangun Humas (PR) Berkualitas di Era Digital”, Kamis (24/2/2022).
Ketiga, pemahaman tentang audiens. Dalam berkomunikasi, PR dituntut mampu mengemas informasi sesuai karakteristik target audiens. Namun, praktik ini akan terasa lebih menantang tatkala semua orang bisa mengakses informasi yang pada dasarnya hanya kita tujukan bagi kelompok audiens tertentu. Keempat, kemampuan memengaruhi (influence). Praktisi PR harus memiliki personal branding yang kuat agar dapat memengaruhi audiens. Tantangan terakhir ialah memberikan respons cepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Guna menjawab berbagai tantangan tadi, Prita lantas membagikan sepuluh kompetensi yang wajib dimiliki seorang digital PR. Antara lain:
Memahami Digital dan Teknologi
Digital PR merupakan kombinasi pengetahuan antara digital dan PR. Di samping memiliki konsep tentang PR, kita juga dituntut mampu memahami perkembangan teknologi digital.
Kemampuan Visual
Fotografi dan videografi tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan PR. Selain paham tentang foto dan video, seorang digital PR juga dituntut memiliki keahlian desain. Tidak bisa dipungkiri, visual yang menarik dapat meningkatkan dan mendekatkan perusahaan dengan audiens.
Data Analiti, SEO, AI, dan AR
Berbicara perkembangan teknologi, maka tidak terlepas dengan teknologi Search Engine Optimization (SEO), Artificial Intelligence (AI), dan Augmented Reality (AR). Seorang PR yang mampu memahami SEO, AI dan AR akan memudahkan perkejaannya dalam menyampaikan informasi.
Menulis dan Berbicara
Seorang PR harus bisa menulis sesuai kaidah penulisan dan berbicara yang baik. Keahlian ini membangun citra dan menyampaikan informasi kepada audiens.
Keterampilan Manajemen dan Kepemimpinan
“PR adalah fungsi strategis manajemen,” ujar Prita. Tak jarang, kita terburu-buru melakukan publikasi kepada pihak eksternal. Padahal, publik internal belum menperoleh informasi tersebut. Di sinilah pentingnya PR memiliki kemampuan manajemen yang baik.
Keterampilan Kewirausahaan
Jika zaman dahulu pekerjaan PR hanya sebatas menjaga reputasi perusahaan, maka di era digital seperti saat ini kesejahteraan perusahaan menjadi bagian dari tanggung jawab PR. “Kalau perusahaan kita tidak maju, bagaimana karyawan bisa happy?” tanya Prita.
Kreatif, Inovatif, Kolaboratif dan Beretika
Kompetensi dasar lainnya adalah berpikir kreatif dan inovatif. Keduanya dapat terus diasah dengan banyak menonton, mendengar, atau bepergian. Sementara itu, kemampuan berkolaborasi. Terlebih dengan kompetitor. “Kekuatan yang besar menjadi satu dan gap yang ada menjadi sebuah kekuatan super,” ujarnya seraya menambahkan bahwa PR harus tunduk pada etika.
Pemasaran dan Periklanan
“Orang akan membeli (sesuatu) dari orang yang mereka sukai.” Seorang PR harus memiliki keahlian persuasif. Dengan kata lain, mampu membuat produk yang ditawarkan oleh perusahaan diminati audiens.
Keuangan dan Akuntansi
Seorang praktisi PR juga dituntut memiliki manajemen keuangan yang baik, agar dapat menghemat pengeluaran, namun tetap mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Legal
Di sisi lain, PR kerap dihadapkan pada permasalahan seperti pencemaran nama baik, skandal, ataupun hal-hal yang bisa mencederai reputasi produk atau perusahaan. Untuk itu, pengetahuan tentang hukum dan sistem hukum juga penting untuk dimiliki oleh praktisi PR. (nom)