Kesuksesan sebuah aktivitas komunikasi pada dasarnya dapat tercermin dari seberapa strategis peran PR di dalam struktur organisasi. Kesan inilah yang ditangkap dari penampilan para peserta kompetisi PR INDONESIA Awards (PRIA) sesi presentasi kategori Departemen PR, Rabu (23/2/2022).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Humas di instansi pemerintah selalu identik dengan birokrasi yang panjang atau hanya menjalankan fungsi yang bersifat seremonial. Tidak demikian dengan Kementerian Keuangan. Sebagai bendahara umum negara yang mengelola dana APBN, kredibilitas serta akuntabilitas menjadi sebuah simbol lembaga. Di bawah kepemimpinan Rahayu Puspasari, Biro Komunikasi dan Layanan Informasi (KLI) Kemenkeu memainkan fungsi end to end.
Yang menarik adalah, sejak tahun 2020, Biro KLI telah menempuh cara baru dengan menerapkan kolaborasi kehumasan di level strategis. Upaya kolaborasi itu semakin diperluas hingga menyentuh pada level operasional di tahun 2021. Konkretnya, sebanyak 950 kantor vertikal yang berada di bawah 11 unit Eselon 1 Kemenkeu kini terintegrasi dan turut mengomunikasikan segala kebijakan yang ada.
“Di tataran teknis kami mandesain Squad Team yang bekerja dalam skala besar. Sebanyak 146 fotografer dan videografer di seluruh Indonesia bisa saling berbagi resources karya dan konten-konten terbaik mereka,” ujar perempuan yang akrab disapa Puspa itu. Tak berhenti sampai di situ, Puspa dan tim juga memberdayakan para pranata humas melalui Forum Pusat Kehumasan Kementerian Keuangan.
Di luar level kementerian, fungsi strategis kehumasan juga dimiliki oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi DKI Jakarta. Berada dekat dengan leher pimpinan, membuat Bidang Penyuluhan dan Pengaduan DPMPTSP mendapatkan keleluasaan untuk senantiasa memberikan masukan kepada pimpinan mereka. Khususnya, terkait permasalahan yang dihadapi oleh pemohon perizinan.
Menurut Rinaldi, Pranata Humas Ahli Muda DPMPTSP DKI Jakarta, program komunikasi yang dirancang tidak hanya untuk menyampaikan pesan kepada publik. Lebih dari itu, untuk dapat menjawab berbagai kebutuhan stakeholders, serta mampu menggerakkan masyarakat.
“TEAM Spirit”
Siapa yang menyangka perusahaan sekaliber Unilever Indonesia rupanya hanya memiliki enam punggawa PR. Mereka berada di bawah nakhoda Head of Communication Kristy Nelwan. Keenamnya menyebut timnya dengan sebutan T.E.A.M SPIRIT yang merupakan akronim dari, pertama, take risk and practice vulnerability. Era VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity) memaksa PR untuk berani terbiasa dengan ketidakpastian, risiko, dan kegagalan. Dengan demikian PR menjadi lebih siap, tangguh, dan bertumbuh. Kedua, eager to work harder and smarter. Menurutnya, profesional PR harus tahu kapan mengajak diri bekerja lebih keras dan mendorong tim bekerja lebih cerdas.
Ketiga, adopt and adapt the lesson. Dalam berkomunikasi, PR harus mampu belajar dari pengalaman dan fokus menjadi lebih baik dari sebelumnya. Terakhir, more proactive, less reactive. Dalam hal ini, Kristy selalu mendorong timnya agar aktif dalam mengantisipasi masalah, menganalisis situasi, mencari sumber, hingga memilih solusi yang tepat. “Menjadi proaktif itu berarti berpikir beberapa langkah lebih maju,” ujar peraih gelar Master of Arts, International Communication University of Leeds, Inggris.
Untuk mewujudkan terciptanya tim komunikasi yang lincah dan tangguh, Unilever lantas menyusun beberapa strategi. Antara lain, memastikan seluruh pesan yang disebarkan baik secara internal maupun eksternal selalu sejalan serta relevan dengan kondisi/kebutuhan terkini. Tak terkecuali pesan-pesan yang disampaikan oleh para pemimpin. Tak kalah penting menggabungkan PR konvesional dan non-konvensional secara tangkas dan seamless.
Sementara yayasan yang berada di bawah naungan Astra, Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA), dalam menjalankan fungsi komunikasinya selalu mengacu pada panduan Astra Communication Management System (ACMS). Rahmat Handoyo, Head of Communication and Information System (CIS) Departement, memilih untuk menggunakan perspektif balanced scorecard. Perspektif yang diturunkan ke dalam beberapa program dan dapat memenuhi berbagai kebutuhan seperti finansial, hubungan pelanggan, internal, serta inovasi dan pembelajaran.
Mengusung tema “Inovasi dan Kolaborasi”, yayasan yang fokus di bidang pengembangan UMKM itu lantas mengejawantahkan tema tersebut ke dalam strategi empat komunikasi. Pertama, meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah, swasta, dan institusi pendidikan. Kedua, meningkatkan engagement dengan media. Ketiga, mendorong budaya inovasi di internal YDBA maupun UMKM. Terakhir, melakukan digitalisasi pemasaran dan pengumpulan data UMKM.
“Top of Mind”
Tahun 2021, Indonesia Financial Group (IFG) diamanahkan sebagai Holding asuransi dan penjaminan yang menaungi sepuluh anak perusahaan BUMN. Sebagai salah satu tonggak utama penggerak industri finansial di Indonesia, IFG memegang peranan penting dalam menopang perekonomian nasional, meningkatkan stabilitas, dan inklusi keuangan nasional.
Meski keberadaannya baru seumur jagung, namun sudah mampu meraih pengakuan secara positif sepanjang tahun 2021. Reputasi serta image positif yang diperoleh tentunya tidak terlepas dari peran strategis Corporate Communication IFG. Tim yang dipimpin oleh I Gede Suhendra itu mematok target komunikasi menjadi top of mind di industri keuangan non-bank.
Hendra, begitu ia karib disapa, merangkum enam pilar pesan meliputi tata kelola, bisnis, financial performance, kolaborasi IFG dan anak perusahaan, operational excellent, serta CSR dan literasi.
Sebaliknya dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo. Badan layanan umum yang berada di bawah naungan Kemenkominfo ini memerlukan usaha yang cukup keras untuk dapat membangun reputasi positif serta meraih kepercayaan stakeholders.
Pasalnya, BLU yang bertanggung jawab menuntaskan persoalan sinyal, baik seluler maupun internet di wilayah-wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T), serta di lokasi-lokasi pelayanan publik ini semula berbentuk balai. Nomenklatur tersebut membuat mereka kerap dihadapkan pada persoalan-persoalan hukum yang mendasar. Contoh, kesulitan mendapatkan akses terhadap perbankan, hingga rendahnya tingkat kepercayaan stakeholders untuk menjalin kerja sama bisnis.
Untuk menjawab tantangan tersebut, BAKTI Kominfo lantas melakukan pendekatan integrated marketing communication. Pendekatan ini terbagi ke dalam tiga tahapan. Pertama, mengenalkan kembali branding BAKTI Kominfo. Kedua, melibatkan seluruh stakeholders. Terakhir, memelihara hubungan baik dengan seluruh mitra. Itulah beberapa bukti nyata Departemen PR makin strategis dari tahun ke tahun. (ais)