Secara kuantitas, total entri kategori CSR tahun ini melonjak hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Namun, belum semuanya mampu memenuhi ekspektasi juri dikarenakan mereka belum menyertakan strategi komunikasi yang menjadi kriteria penilaian.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Hal ini diungkapkan oleh Chief Editor MajalahCSR SAM August Himmawan saat menjadi juri kategori Program CSR di PR INDONESIA Awards (PRIA) 2022, Jakarta, Jumat (25/2/2022). Meningkatnya jumlah peserta menunjukkan sinyalemen positif bahwa kategori ini makin diminati peserta. Sayangnya, kuantitas tidak berbanding lurus dengan kualitas.
Ia merangkum beberapa catatan. Pertama, peserta hanya mencantumkan strategi program, bukan strategi komunikasi. Padahal salah satu kriteria yang diberikan panitia adalah peserta wajib mencantumkan strategi komunikasi CSR. Kedua, peserta tidak melakukan pengukuran sehingga tidak dapat menunjukkan perbedaan antara sebelum dengan sesudah program dijalankan.
Kepada peserta, SAM berpesan agar mengikuti PRIA bukan semata-mata untuk mencari kemenangan. Lebih dari itu, bertujuan untuk belajar memperbaiki kesalahan dan menggali inspirasi untuk membuat program yang lebih baik.
Founder dan CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan sependapat. Menurutnya, peserta perlu memperkuat strategi komunikasi program CSR mereka. Tujuannya, agar program yang dilakukan tepat sasaran, berdampak positif, dan bisa menginspirasi banyak pihak. Meski begitu, berdasarkan pengamatannya, dalam praktik yang dilakukan peserta, upaya untuk menjaga relevansi program dengan tujuan korporasi semakin menguat. Sebab, menurutnya, salah satu faktor kunci dalam mengelola program CSR adalah relevansi program terhadap visi dan misi korporasi. Di samping, kemampuan program tersebut dalam memberikan dampak dan menghasilkan umpan balik penguatan reputasi korporasi.
Sementara itu, CSR Senior Consultant Purupiru Ditto Santoso mengatakan, strategi program yang baik harus direncanakan menggunakan siklus program. Siklus program terdiri dari assessment, perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi. Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan stakeholder engagement yang merupakan bagian dari strategi komunikasi. Peserta juga harus dapat membangun exit strategy karena tidak selamanya sebuah program berlangsung hanya di satu area atau komunitas.
Keberlanjutan
Bagi Dosen dan Kepala Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie Mirana Hanathasia, bobot penilaian terbesar terdapat pada program, terutama prosesnya. Mirana mengatakan, juri mencari program CSR yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat dan perusahaan. “Keterkaitan kedua belah pihak ini akan menghasilkan konsep bisnis yang berkelanjutan,” katanya.
Founder dan CEO Prominent PR Ika Sastrosoebroto mengatakan, program CSR merupakan salah satu katalisator untuk mendapatkan business outcome. Oleh karena itu, peserta harus bisa melakukan adaptasi dan menyesuaikan mindset untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang. (rvh)