Khusus untuk kategori sesi nonpresentasi, dewan juri sepakat meningkatnya jumlah entri diikuti oleh kualitas. Peserta makin menyadari pentingnya membuat konten yang bermanfaat dan juga relevan bagi audiensnya.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Pernyataan itu salah satunya datang dari juri Titis Widyatmoko yang merupakan Editor in Chief Brilio.net saat diwawancarai oleh PR INDONESIA via telepon, Rabu (16/3/2022). Pria yang didapuk menjadi juri untuk kategori Owned Media dan Kanal Digital ini mengaku jarang menemukan konten yang bersifat seremoni. Sebaliknya, peserta fokus membuat konten yang mampu mengikat audiensnya. “Peserta membuat konten dengan perencanaan yang matang, berbobot, dan dengan desain yang menarik secara estetika,” katanya.
Juri yang merupakan GM BAYK Strategic Sustainability Arya Gumilar sependapat. Bahkan, transformasi budaya dan komunikasi secara mengejutkan dilakukan oleh instansi pemerintah. Khususnya, dari subkategori Aplikasi dan Media Sosial. Tak sedikit aplikasi bertransformasi menjadi solusi bagi masalah pekerjaan. “Instansi pemerintah semakin berani terjun ke media sosial secara all out dan berkomunikasi lebih cair kepada audiensnya,” ujar Arya.
Arya berpendapat harus ada keselarasan antara tujuan, audiens target dengan eksekusi. Tak hanya sekadar membuat aplikasi atau terjun di media sosial, lebih dari itu, perusahaan harus berangkat dari tujuan. “Tidak jarang masih ada peserta yang hanya ikut-ikutan terjun di media sosial dan membuat aplikasi tanpa berpikir tujuannya,” kata Arya. Hal berikutnya yang menjadi catatan Arya adalah tampilan harus menarik. “Kesan pertama adalah harus menarik. Sehingga, juri ingin mengetahui lebih lanjut tentang aplikasi maupun konten media sosial perusahaan tersebut,” katanya.
Selanjutnya, peserta juga harus mampu memilah informasi yang menarik untuk ditayangkan. Yang perlu diingat, kata Arya, perbedaan antara what to say dengan how to say. Misalnya, what to say adalah program penanaman 100 pohon di sekitar area pabrik. Jika ditayangkan dengan angle penanaman pohon, tentu tidak relevan bagi audiens. Untuk itu perusahaan harus memikirkan how to say. Misalnya, mengomunikasikan bahwa 100 pohon telah menyelamatkan 15 orang anak. Anak-anak di sekitar pabrik dapat bermain dengan bebas di sekitar kebun tanpa khawatir adanya kemungkinan tertabrak truk. “Selain relevan, upaya ini juga menunjukkan tujuan mulia dan rasa empati dari perusahaan terhadap warga sekitar,” ujarnya.
Perlu Meningkatkan Inovasi
Peningkatan kualitas juga terjadi pada subkategori Cetak dan E-Magazine. Juri sekaligus founder dan CEO PR INDONESIA Group Asmono Wikan mengatakan, meski belum merata, namun ada peningkatan kualitas, khususnya dalam hal merancang konten korporat dengan pendekatan jurnalisme. Menurutnya, kombinasi konten korporat bernapas jurnalisme yang mengalirkan pesan-pesan utama dan strategis korporat akan memberikan nilai tambah bagi penguatan reputasi. Apalagi jika dibalut dengan tata wajah dan desain yang menarik serta relevan dengan isu yang disampaikan.
Bagi juri Owned Media dan Brand Guideline, Almira Shinantya dari DM ID, banyak peserta yang memiliki potensi untuk mengembangkan brand secara komprehensif, konsisten, dan berkelanjutan. Untuk memastikan brand sudah konsisten, peserta harus menggunakan brand sebagai kendaraan untuk menuju tujuan bisnis dan memiliki pesan kuat di setiap titik yang disentuh.
Sementara juri kategori Tata Kelola Kehumasan dan Manajemen Krisis, Maria Wongsonagoro, banyak peserta yang telah memenuhi best practice. Namun, masih ada yang perlu ditingkatkan, terutama bagian prakrisis. President Director of IPM PR ini mengatakan, manajemen isu adalah hal penting sebelum menghadapi krisis. “Peserta harus proaktif menangani isu sebelum berkembang menjadi krisis,” ujarnya.
Menurutnya, ada tiga syarat agar komunikasi berjalan efektif. Pertama, kepemimpinan. Pimpinan tertinggi dalam suatu perusahaan harus memahami pentingnya peran PR dalam perusahaan. Pimpinan juga harus mendukung tim PR dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Kedua, kompetensi. Seluruh tim kehumasan mutlak harus memiliki kemampuan dasar PR. Setelah memiliki kemampuan dasar, humas dapat meningkatkan kompetensi ke jenjang yang lebih tinggi. Ketiga, panduan komunikasi. Tujuannya, untuk memberikan pengarahan bagi komunikator di perusahaan.
Teguran
Sementara itu, juri kategori Manajemen Krisis, Tata Kelola Kehumasan, dan Brand Guideline, Jojo S. Nugroho mencatat beberapa hal menarik dari entri di tahun ini. Mulai dari adanya strategi internal buzzer hingga makin masifnya penggunaan infografis.
Untuk kategori Annual Report dan Sustainability Report, Wakil Dekan Universitas Esa Unggul Semerdanta Pusaka menilai masih perlu adanya inovasi, terutama dari sisi desain dan visualisasi “Peserta masih terlalu fokus pada aspek kepatuhan terhadap aturan yang berlaku (compliance),” katanya. Ia memahami keengganan melakukan terobosan dikarenakan adanya kekhawatiran dapat mengundang teguran dari otoritas.
Pun demikian dengan juri yang merupakan CEO & Principal Consultant Kiroyan Partners Verlyana (Veve) Hitipeuw. Ia berharap ke depan hal ini dapat menjadi perhatian. “Sangat disayangkan jika informasi yang penting malah diabaikan stakeholder hanya karena penyajiannya kurang menarik,” imbuhnya. (rvh)