Di tengah aktivitas bisnis yang lesu, target pemasukan sulit untuk digapai, dan efisiensi yang tak dapat dihindarkan, Indonesia Communications (ID COMM) patut bersyukur. Mereka tidak sampai harus “merumahkan” karyawan dan mampu bertahan hingga saat ini.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kala pandemi dan kondisi menjadi serba tak terduga, ID COMM segera mengaktifkan strategi bertahan atau survival mode. Salah satunya, mempertahankan para klien yang sudah ada atau proyek yang sedang berjalan. Setidaknya, hingga masa kerja sama berakhir. Hal ini dikarenakan, pada saat itu hampir semua pelaku agensi PR di kuartal 2 – 3 pada tahun 2020 mengalami kondisi yang sama. Yakni, kesulitan mendapatkan kesempatan untuk bekerja dengan klien baru.
“Prioritas kami saat itu, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak pelaku bisnis adalah perusahaan harus tetap bisa berjalan, tidak sampai menghentikan usahanya (tutup atau bangkrut), tetap mampu memberikan gaji tepat waktu, dan operasional berjalan seperti biasa. Meski, hampir semua aktivitas dikendalikan dari rumah,” ujar Co-founder and Executive Director ID COMM Sari Soegondo kepada PR INDONESIA, Selasa (19/10/2021).
Sari lantas berkisah, bagaimana ia dan tim terpaksa melakukan penghematan secara internal. Mulai dari bernegosiasi dengan manajemen gedung untuk dapat memberikan keringanan biaya sewa, menghentikan biaya operasional yang tidak diperlukan selama masa pandemi, hingga menghentikan sementara berbagai insentif tambahan bagi karyawan. Seperti halnya tunjangan transportasi, dukungan biaya untuk mengembangkan jejaring dan lain sebagainya. “Kami juga terpaksa memberlakukan penyesuaian gaji karyawan secara proporsional, dan ini berlangsung hingga kurang lebih hampir satu tahun lamanya,” ujarnya.