Fakta masih rendahnya tingkat literasi dan inkluasi finansial di tanah air, apalagi tentang asuransi, mendorong Prudential untuk melakukan edukasi ke segala lini.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi Keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2019, indeks literasi asuransi hanya 19,4%. Persentase ini jauh lebih rendah ketimbang indeks literasi perbankan yang mencapai 38,03%. Sementara di tengah pesatnya perkembangan teknologi, tingkat literasi keuangan digital pun masih rendah, hanya 35,5%.
Menurut Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo, ada empat alasan yang mendasari masyarakat enggan menggunakan asuransi jiwa. Pertama, tidak memiliki cukup dana untuk membayar premi asuransi setiap bulan. Kedua, tidak tahu banyak mengenai asuransi. Ketiga, dianggap terlalu mahal. Keempat, merasa tidak perlu karena sudah ditanggung atau difasilitasi oleh kantor.
Untuk itu, edukasi mengenai asuransi sangat diperlukan. Apalagi di era digital seperti sekarang. “Digitalisasi membuka peluang besar untuk menjangkau sebanyak-banyaknya masyarakat, terlebih di masa pandemi,” ujarnya saat mengisi webinar bertajuk “Mendorong Literasi dan Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan di Era Digital”, Selasa (24/4/2021).