Dinamika dunia komunikasi memaksa praktisi PR untuk menguasai bidang-bidang lain. Ekspektasi terhadap peran dan kontribusi PR pun semakin tinggi.
BALI, PRINDONESIA.CO – Dari sini, kata Wakil Ketua APPRI Sari Soegondo saat mengisi PR INDONESIA OUTLOOK 2022 yang merupakan bagian dari rangkaian JAMPIRO #7 di Bali, Rabu (8/12/2021), dapat dipahami bahwa praktisi PR juga harus menambah kemampuan diri dan berkembang. PR perlu lebih berani menjadi issue maker, bukan cuma sebatas issue backer.
Di samping itu, Sari melanjutkan, PR perlu banyak bersiap. Sebab, ke depan akan ada banyak acara yang memerlukan banyak peran dan kontribusi PR. Salah satunya, perhelatan akbar G 20 yang akan berlangsung 2022 serta event besar lainnya.
Tahun depan, perkembangan industri PR ini juga diyakini akan tumbuh positif. Industri PR diprediksi akan bernilai 14 - 19 juta dolar AS. Kebutuhan terhadap layanan konsultan PR juga diprediksi tumbuh sekitar 26 persen dengan layanan baru yang makin beragam.
Catatan FGD yang dilakukan APPRI menunjukkan ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian PR di tahun depan. Salah satunya, soal konten. “Jika konten adalah “raja” bagi media, maka tugas PR adalah bisa menentukan hal apa yang akan lebih efektif untuk mendampingi konten tersebut,” katanya. “Sementara agensi PR diharapkan mampu lebih banyak menawarkan strategi, konten, saluran, kreativitas, ukuran kinerja yang lebih spesifik, dan memiliki kepakaran khusus,” imbuhnya.
Sementara itu, kerja praktisi komunikasi dan kehumasan akan lebih erat dengan disiplin ilmu lain. Sebut saja, pemasaran, pemrograman komputer, desain, produsen konten audio-visual, manajemen kegiatan, riset, sumber daya manusia, dan sebagainya.
Mengimbangi Kecepatan
Lainnya yang juga menjadi sorotan adalah komunikasi konvesional akan semakin cepat berpindah ke digital. Data Asia Pacific Communication Monitor menunjukkan coping with the digital evolution dan the social web menjadi aspek paling penting dalam aspek manajemen komunikasi. Selain itu, media massa dan penggunaan media sosial juga menempati peringkat pertama atau prioritas dalam pemanfaatan saluran media sosial serta metode komunikasi hingga 2023.
Melalui pembahasan itu, maka ke depan dapat dipredikasi bahwa platform digital akan terus berkembang. “Makin banyak big data yang bisa dimanfaatkan oleh humas,” ujarnya. Pengalaman konsumen yang lebih baik saat menggunakan platform digital juga akan semakin diperhatikan ke depan.
Output yang dihasilkan dari kenyamanan itu dapat meningkatkan konsumsi pengguna pada platform tersebut. “Komunitas on-line pada era selanjutnya juga makin banyak terbentuk dan warganet juga akan makin kritis,” tambahnya. Dalam perkembangan digital, praktik pemanfaatan influencers/endorsers sebagai bagian dari upaya pemasaran juga akan semakin baik atau bijak.
Sari berkesimpulan kompetensi meningkatkan kemauan untuk mempelajari hal baru dan menambah pengetahuan, sebenarnya merupakan hal yang dibutuhkan PR masa depan. Oleh karena itu, penting bagi PR untuk menyiapkan diri dengan banyak kemampuan. “PR harus menjadi lebih multitasking dari sebelumnya,” ujarnya. (iaa)