Gol atau tujuan akhir yang ingin dicapai dari eksistensi rumah sakit (RS) ternyata sejalan dengan fungsi public relations (PR). Apa itu?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut Anjari Umarjianto, Ketua Umum Perhimpunan Humas Rumah Sakit Indonesia (Perhumasri), tujuannya sama-sama ingin menciptakan trust/kepercayaan di mata publik. Sementara, trust akan timbul seiring dengan adanya kompetensi dan sikap peduli.
Ia melanjutkan, masyarakat ingin menjadikan RS sebagai solusi yang bisa membantu menyelesaikan permasalahan mereka di tengah kondisi pandemi COVID-19. Ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh humas RS dalam membantu RS tumbuh dan berkembang di masa-masa sulit seperti ini.
Pertama, memperkuat komunikasi internal. Anjari tak memungkiri, kondisi kebanyakan RS di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Saking kritisnya, humas RS kini tidak lagi sekadar menjalankan fungsi-fungsi kehumasannya, tapi juga ikut terjun melakukan pelayanan langsung kepada pasien seperti tracing hingga screening pasien di garda terdepan.
Mengutip pesan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, humas harus meyakinkan para tenaga kesehatan (nakes) bahwa mereka akan mendapatkan prioritas pelayanan kesehatan. “Humas harus menyampaikan kepada internal bahwa RS itu peduli,” ujar Kabag Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat RS Kanker Dharmais itu dalam Munas II Perhumasri bertema “How COVID-19 is Changing Hospital Public Relations Strategies”, Kamis (8/7/2021).
Untuk itu, humas RS harus bersikap transparan tentang kondisi RS yang sebenarnya. “Membangun ketahanan bersama ibaratnya membagikan vitamin atau sekadar memberikan kata-kata motivasi dan penyemangat,” katanya. Serta, memberi arah tentang kemana arah RS akan bangkit dan berkembang.
Kedua, menjadi pendukung manajemen strategis. Anjari berharap peran humas RS tidak hanya pada tatanan teknis. Lebih dari itu, mampu menjadi konsultan bagi para pengambil keputusan, terkhusus direktur utama. “Kemampuan humas dalam manajemen analisis isu harus mampu memengaruhi kebijakan RS,” ujarnya.
Di samping itu, humas RS juga harus mampu bermitra kuat dengan stakeholders terutama key player stakeholders. Dalam konteks pandemi COVID-19, yakni Kemenkes, Dinkes, maupun Satgas COVID-19. Tak kalah penting melakukan manajemen isu dan krisis.
Ketiga, humas dengan komunikasi publik yang baik mampu menjadi fondasi bagi manajemen pemasaran/marketing. Caranya, membuat publisitas dengan konten yang menarik seperti storytelling. Selanjutnya, bermitra dengan media pers. Humas tidak bisa hanya mengandalkan shared media saja, tetapi kita membutuhkan media pers untuk memperluas jangkauan sebaran. Terakhir, menguasai manajemen media digital. Setelah semuanya dilakukan, selanjutnya adalah konsistensi. (ais)