Pandemi mendorong humas rumah sakit di seluruh tanah air untuk mempercepat transforamsi, inovasi dan kreativitas dalam berkomunikasi, terutama dengan memaksimalkan keberadaan digital.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Demikianlah menurut Abdul Kadir, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, saat membuka acara Munas II Perhimpunan Humas Rumah Sakit (Perhumasri) yang berlangsung secara daring, Kamis (8/7/2021).
Tantangan ini tidak mudah apalagi dilakukan di tengah masa sulit, menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025, global burden of disease, dan era Revolusi Industri 4.0. Makin tak mudah, karena humas harus melakukan transformasi di tengah semakin menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit, adanya anggapan ketidakmampuan rumah sakit dalam menjamin mutu pelayanan, dan asumsi rumah sakit lebih mengedepankan aspek komersial dibandingkan fungsi sosial.
Di satu sisi, pandemi telah menyadarkan seluruh warga Indonesia terkait pentingnya kesehatan. Bahwa ekonomi tingkat akan bertumbuh jika tidak didukung dengan kesehatan. Lebih dari itu, pandemi juga telah menunjukkan kenyataan bahwa sistem kesehatan di tanah air masih banyak kelemahan. “Inilah momentum kita untuk berubah,” ujarnya.
Untuk menjawab berbagai tantangan itu, maka diperlukan humas yang mampu memahami aktivitas, termasuk visi misi rumah sakit tempat mereka bekerja. Selain itu, menguasai persoalan dan memiliki fleksibilitas tinggi. Di samping, tentu saja kemampuan berkomunikasi yang baik, menjalin hubungan baik kepada kalangan internal dan eksternal, hingga kemampuan berpikir strategis dan global, mampu memberikan masukan kepada manajemen, serta kompetensinya mampu dibuktikan dan diakui oleh negara melalui sertifikasi.
Perlu Koordinasi
Kuntjoro Adi Purjanto, Ketua Umum PERSI, sependapat. Pentingnya peran humas bahkan termasuk ke dalam komponen kedua dari The Hospital Readiness Checklist Sheet Consists of 12 Key Components That are Essential to Managing COVID-19 in a Hospital or Facility yang diterbitkan oleh WHO. Tepatnya, terkait koordinasi dan komunikasi. “Koordinasi yang ada di dalam komponen itu membuktikan dalam menjalankan fungsi komunikasi, humas tidak bisa sendiri. Perlu koordinasi,” katanya. Sementara itu, pendekatan dan intervensi yang dilakukan untuk merealisasikan komponen itu antara lain dengan melakukan interpersonal, longitudinal, management, informational continuity atau berkelanjutan.
Menurut Sutoto, Ketua Eksekutif KARS sekaligus Komite Akreditasi RS, untuk memastikan humas kompeten dalam menjalankan perannya, harus didukung dengan sertifikasi profesi. Dalam Manajemen Komunikasi dan Edukasi - Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS), sedikitnya ada empat elemen yang harus dipenuhi untuk memastikan praktik komunikasi di rumah sakit berjalan efektif. Di dalamnya, menyangkut peran humas.
Pertama, rumah sakit berkomunikasi dengan masyarakat untuk memastikan akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit dan informasi tentang pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit. Kedua, rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang jenis asuhan dan pelayanan, serta akses untuk mendapatkan pelayanan.
Ketiga, komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan dalam format dan bahasa yang mudah dimengerti. Keempat, terdapat komunikasi efektif untuk menyampaikan informasi yang akurat dan tepat waktu di seluruh rumah sakit termasuk yang urgent.
Munas II Perhumasri diikuti lebih dari 200 peserta humas rumah sakit. Acara berlangsung selama dua hari dari tanggal 8 - 9 Juli 2021. Selama dua hari itu, acara yang diselenggarakan secara daring tersebut diisi dengan workshop dan seminar. (rtn)