Membuka Munas II Perhimpunan Humas Rumah Sakit Indonesia (Perhumasri) bertema “How COVID-19 is Changing Hospital Public Relations Strategies”, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menitipkan tiga pesan kepada seluruh humas rumah sakit se-tanah air. Apa saja?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin tak memungkiri betapa pentingnya peran humas apalagi di tengah pandemi seperti saat ini. Mereka adalah ujung tombak untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pandemi, pelayanan kesehatan, serta informasi mengenai apa yang sudah dilakukan dan rencana jangka pendek rumah sakit. Sehingga, masyarakat nyaman dan paham cara rumah sakit beroperasi.
Ia lantas menitipkan tiga pesan kepada seluruh humas rumah sakit di tanah air. Pertama, mengedukasi dan menjelaskan kepada masyarakat yang terkena COVID-19 agar tidak panik. Sebab, berdasarkan data empiris, dari setiap 100 persen yang terinfeksi COVID-19, 80 persen bisa isolasi mandiri. Sisanya, dirawat, sementara lima persen masuk ke ICU dan 1,6 – 1,7 persen memiliki risiko fatal.
Jadi, 80 persen pasien terinfeksi umumnya bisa sembuh setelah 14 hari. Adapun cara untuk memastikan yang bersangkutan cukup melakukan isolasi mandiri adalah saturasinya masih di atas 94 persen, tidak ada sesak napas dan tidak memiliki komorbid. “Apabila 80 persen ini bisa kita edukasi dan mendapat informasi yang baik untuk melakukan isolasi mandiri, maka dapat mengurangi beban pasien masuk rumah sakit,” kata Menteri yang karib disapa BGS itu.
Pesan kedua, memastikan masyarakat tidak menimbun obat di rumah. “Humas rumah sakit juga penting untuk meyakinkan kepada publik bahwa stok obat nasional itu banyak. Bahwa, tidak perlu ada penimbunan obat di rumah masing-masing agar obat tersebut tersedia bagi mereka yang benar-benar membutuhkan,” katanya. “Sebab, obat ini perlu resep dokter dan baru akan diberikan apabila yang bersangkutan benar-benar positif dan bergejala,” imbuhnya.
Ketiga, meyakinkan seluruh jajaran rumah sakit, seluruh tenaga kesehatan (nakes) akan mendapatkan prioritas terkait pelayanan kesehatan. “Saya sudah membuat instruksi agar seluruh nakes yang membutuhkan perawatan harus mendapat prioritas. Sehingga, mereka tenang dalam bertugas,” pungkasnya.
Memiliki Makna
Ketua Umum Perhumasri Anjari Umarjianto menyambut baik pesan dari Menkes Budi. Ia tak memungkiri, meski humas adalah bagian atau sekrup kecil dari puluhan profesi di rumah sakit, namun mereka ingin memiliki makna. Khususnya, dalam membangun reputasi rumah sakit di tengah pandemi.
“Melalui Perhumasri, kami ingin membangun semangat kepada seluruh humas rumah sakit untuk menjadi profesi yang profesional, menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kode etik, didukung dengan sertifikasi, serta komitmen bersama membangun reputasi rumah sakit di Indonesia,” katanya seraya menambahkan saat ini sudah ada 146 humas rumah sakit yang mengantongi sertifikasi profesi dari BNSP. Selama empat tahun keberadaannya, Perhumasri juga telah membentuk tiga pengurus wilayah yakni Yogyakarta, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan. Menyusul kemudian, Jawa Tengah.
Anjari mengatakan, ada tiga sukses reputasi yang ingin dicapai Perhumasri sebagai organisasi. Antara lain, sukses reputasi personal humas, sukses reputasi rumah sakit di manapun mereka mengabdi, dan sukses reputasi Indonesia di mata nasional dan internasional.
Munas II Perhumasri diikuti lebih dari 200 peserta humas rumah sakit. Acara berlangsung selama dua hari dari tanggal 8 - 9 Juli 2021. Selama dua hari itu, acara yang diselenggarakan secara daring tersebut diisi dengan workshop dan seminar. (rtn)