Selama pandemi, perusahaan digital dianggap sebagai sektor yang paling mampu menyesuaikan diri karena sudah terbiasa beraktivitas menggunakan teknologi untuk berkomunikasi maupun berbisnis. Benarkah demikian?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ternyata, tidak sepenuhnya benar. Penerapan kebijakan bekerja dari rumah di awal masa berlakunya kebijakan Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) tetap menjadi isu tersendiri bagi perusahaan teknologi sekaliber Tokopedia. Hal ini dikarenakan, budaya kerja yang sudah terbangun di perusahaan yang didirikan oleh William Tanuwijaya itu adalah senang berkumpul dan berdiskusi secara tatap muka di kantor.
Beruntung, sebagai perusahaan teknologi, mereka tak butuh waktu lama untuk beradaptasi menggunakan berbagai tools agar aktivitas bekerja dan berkoordinasi dari rumah tetap berjalan lancar. “Saat ini kami sudah berada pada tahap di mana kolaborasi secara virtual menjadi terasa lebih natural meski dengan segala keterbatasan dan suka dukanya,” kata kata Nuraini Razak, VP of Corporate Communications Tokopedia.
Justru, yang menjadi perhatian utama manajemen adalah menjaga psikologis para Nakama, sebutan bagi karyawan Tokopedia, agar tetap semangat dan solid, meski tak bisa sesering dulu bertatap muka. Ada satu pesan yang selalu ditekankan oleh CEO kepada Divisi Corporate Communications, yakni tidak masalah overcommunicate (komunikasi berlebihan) asalkan seluruh Nakama menerima informasi mengenai kebijakan, arahan, dan inisiatif perusahaan dengan pemahaman dan persepsi yang sama. “Pandemi telah mendorong kami untuk senantiasa membangun komunikasi lebih dulu ke dalam sebelum ke luar,” ujar Aini, sapaan karib Nuraini.