“If you are not over prepare, you are under prepare”. Teori OB Sharman ini menggambarkan kondisi public relations (PR) saat tidak melakukan persiapan ekstra. Alhasil, tidak siap saat berhadapan dengan krisis.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Setidaknya, kata Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin, ada lima hal yang harus dilakukan oleh PR saat krisis melanda. Pertama, melakukan pemantauan untuk mendapatkan persepsi publik. Kedua, menjangkau jaringan. Ketiga, memastikan dukungan internal melalui diskusi lintas divisi, mulai dari manajemen hingga karyawan.
Keempat, mengelola karyawan internal. Kelima, melakukan pertahanan secara baik melalui perencanaan, eksekusi, dan mengamplifikasikannya. Sebab, ujar Arif saat menjadi pembicara di webinar bertajuk “PR is King, Internal Communication is Princess”, Rabu (3/3/2021), dalam situasi krisis PR harus terus mengomunikasikan hal-hal positif terkait upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan selama krisis terjadi.
“Krisis menyebabkan kondisi menjadi serba tidak menentu. Hal ini menimbulkan kegalauan. Nah, jangan sampai kegalauan ini membuat kita kehilangan kepercayaan,” kata Arif berpesan. “Sebaliknya, PR harus menjaga komitmennya dengan seluruh mitra mereka,” imbuhnya. Saat ini, misalnya, Danone Indonesia senantiasa mengedepankan pesan positif bahwa perusahaan menjamin suplai hidrasi dan kemanan produk selama pandemi.
Pesan Positif
Beberapa langkah yang bisa ditempuh PR dalam mengomunikasikan pesan positif di tengah krisis, diawali dengan memetakan stakeholder. Kedua, mengomunikasikan program atau aktivitas yang telah dilakukan. Arif memberi contoh, program donasi kerja sama dengan lintas sektor mulai dari pemerintah hingga akademisi, dan masih banyak lagi.
Komunikasi positif juga dilakukan kepada seluruh internal Danone. Antara lain, dengan melakukan kampanye Kita Saling Jaga, tagline Work From Heart (WFH), hingga mengadakan konser virtual yang bertujuan untuk menghibur karyawan Danone di saat pandemi.
Selanjutnya, jangan lupa mengukur efektivitas komunikasi yang telah dilakukan selama krisis. Selama pandemi, Danone Indonesia tercatat telah memproduksi 2.400 berita positif, atau setara dengan enam berita per hari. Topiknya beragam. Mulai dari kegiatan CEO, korporasi, aktivitas pabrik, hingga sesi bincang-bincang dengan pimpinan melalui webinar. Konten digital pun cukup menyita perhatian dengan total lebih dari 250 ribu engagement.
Lebih dari itu, kata Arif, PR harus rutin melakukan pemantauan (monitor), menghadapi krisis dengan tenang, melindungi brand dan reputasi perusahaan, serta mengembalikan tone pemberitaan kembali positif. (ais)