Stakeholder mapping, profiling, dan fact finding adalah serangkaian kewajiban yang mesti dilakukan public relations (PR) agar tepat dalam menentukan tujuan dan strategi komunikasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Di era saat ini, informasi menjadi segalanya. Dengan melakukan serangkaian upaya tadi—stakeholder mapping, profiling, dan fact finding—PR dapat menghimpun informasi secara menyeluruh sekaligus sebagai intelijen.
Informasi yang baik akan menghemat banyak waktu, biaya, tenaga, dan pikiran sehingga PR dapat menjalankan program komunikasinya secara efektif dan efisien. “Saat ini bukan lagi zamannya menembakkan banyak peluru. Cukup satu peluru untuk melumpuhkan satu musuh,” kata Firsan Nova, CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication, seraya memberikan analogi, saat mengisi acara CPROCOM via IG Live, Kamis (1/4/2021).
Dalam melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholder mapping), Firsan mengimbau agar PR mengenali dulu publiknya. Ia menjabarkan dalam bukunya berjudul Public Relations. Secara sederhana, publik dibagi menjadi dua. Publik internal dan eksternal. Publik internal terdiri dari karyawan, pemegang saham dan manajemen. Sementara publik eksternal meliputi komunitas sekitar organisasi, konsumen, pemerintah, supplier (pemasok), media, dan sebagainya.
Publik dibagi lagi menjadi primary, secondary, dan marginal. Publik yang termasuk primary atau primer adalah mereka yan memiliki potensi paling strategis, baik untuk mendukung maupun menghalangi kesuksesan organisasi. Sementara publik secondary atau sekunder adalah mereka yang cukup berpengaruh walau tidak signifikan terhadap perusahaan. Adapun publik marginal atau marjinal adalah mereka yang sama sekali tidak berpenagruh terhadap kemajuan perusahaan.
Dari kelompok tadi, PR harus mengidentifikasi publik proponents (mendukung), opponents (menentang), dan uncomitted (netral). Kepada publik yang mendikungm PR harus menjaga dengan komunikasi uyang dapat meningkatkan kepercayaan kepada perusahaan. Justru, dalam politik, publik yang netral adalah yang berbahaya. Sebab, dalam banyak kasus, pemilu dimenangkan karena ada perubahan suara mereka yang netral.
Menurut Firsan, langkah ini adalah bagian dari aktivitas PR dalam melakukan proses RACE. Yakni, research (penelitian), action (kegiatan), communication (komunikasi), dan evaluation (evaluasi). Dengan demikian, PR dapat menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan tujuan yang jelas, bekerja berdasarkan strategi dan mengimplementasikan rencana yang telah ditentukan. (rtn)