Ibarat tenggelam di tengah banjir, masyarakat yang tengah panik membutuhkan tempat sebagai pegangan. Sayangnya, justru berita konspirasi yang hadir. Lantas, bagaimana cara melawannya?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Disinformasi atau informasi yang salah sudah muncul sejak awal sejarah manusia, bahkan dari zaman Nabi Muhammad SAW. Hingga turunlah surat Al Hujurat ayat 6 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Begitulah dahsyatnya gempuran hoaks. Hingga saat ini, metode, platform dan teknologi hoaks terus berkembang seiring perkembangan zaman. “Ke depan, hoaks ini akan selalu ada. Apalagi di era digital seperti sekarang,” ungkap founder Drone Emprit Ismail Fahmi saat diwawancarai PR INDONESIA via telepon, Rabu (10/2/2021).
Salah satu penyebab menyebarnya hoaks adalah banyak informasi benar yang belum tersebar, atau banyak pertanyaan publik yang belum terjawab. Sebagai contoh, informasi tentang plasma konvalesen untuk pengobatan COVID-19. Di sisi lain, ada informasi dari WHO bahwa plasma konvalesen tidak memberi dampak pada pengobatan COVID-19.