Sangat jarang mengetahui anak-anak yang bercita-cita di bidang komunikasi. Tiffany adalah pengecualian. Ia sudah memiliki cita-cita itu bahkan sejak masih di bangku taman kanak-kanak (TK).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Faktor pemicunya, kata pemilik nama lengkap Tiffany Diahnisa itu, adalah karena ia mengidolakan Desi Anwar, salah satu pembawa berita yang tenar di zamannya. Sejak saat itulah setiap kali ditanya soal cita-cita, ia selalu menjawab komunikasi, terkhusus sebagai jurnalis.
Hari yang dinanti tiba. Saat duduk di kelas 2 SMA, ia berkesempatan magang di majalah remaja, GADIS. Saat itu, ia mendapat tugas meliput dan mewawancarai mulai dari grup musik indie hingga desainer muda. Sebagai anak tunggal, Tiffany awalnya tidak pernah dibiarkan oleh orangtuanya untuk ke luar rumah tanpa pendampingan. Tapi, tidak saat magang. Peluang itu ia manfaatkan untuk belajar mandiri dan aktif bersosialisasi.
Ia masih konsisten dengan mimpinya sehingga ketika kuliah pun memilih Jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Insititut Pertanian Bogor (IPB). Selama kuliah, ia aktif mengikuti organisasi majalah kampus dan himpunan mahasiswa komunikasi Divisi Jurnalistik. Sejalan dengan cita-cita, ketika masuk dunia kerja, perempuan berdarah Kuningan-Malang ini pun memilih bekerja sebagai jurnalis di majalah. Tiga tahun menjadi jurnalis, ia tertantang untuk melakukan aktivitas lain. Pandangannya mengarah kepada humas. Alasannya, tugas dan peran humas lebih heterogen. Ia juga bisa lebih banyak mengimpelemntasikan ilmu komunikasi yang ia pelajari selama kuliah.