Adanya konvergensi media menuntut pelaku usaha di sektor ini untuk terus berinovasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Seperti halnya yang dilakukan oleh Medcom.id. Portal berita dan video, bagian dari Media Group News baru berusia tiga tahun ini hadir di tengah banjir informasi dan persaingan antarmedia on-line untuk memikat pembaca makin ketat. Terlebih sejak banyaknya berita/informasi yang dikemas dengan singat dan cepat melalui media sosial.
“Kecenderungan yang riuh rendah, dangkal dan miskin konteks, justru sekarang menjadi tren,” kata CEO Medcom.id Kania Sutisnawinata dalam acara diskusi KNH20 bertajuk “Media dan Tanggung Jawab Sosial: Interdependensi dan Konvergensi Media”, Sabtu (5/12/2020).
Untuk itu, kata Kania, meski tak menampik kecepatan menjadi bagian dari ciri khas industri media on-line, Medcom.id berkomitmen mengedepankan akurasi di atas kecepatan dan dampak sosial. “Kami berupaya mengeksplorasi berita lebih mendalam,” ujarnya.
Mereka juga memanfaatkan media sosial menjadi saluran distribusi berita, termasuk TikTok. Latar belakangnya, komunikasi saat ini tidak lagi satu arah. Sebaliknya, interactivity dan engagement adalah kunci. Kondisi ini memaksa wartawan untuk memiliki multiskill, multitalented, multimedia, hingga multiplatform. Selain itu, ada lagi satu peta jalan bagi jurnalisme untuk dapat terus bertahan ke depan.
Adaptasi
Tantangan serupa juga dihadapi oleh TVRI, stasiun televisi pertama negeri ini. Fakta 80 persen generasi muda saat ini mencari informasi berita dari media sosial sebagai rujukan informasi menuntut mereka untuk segera beradaptasi. “Konvergensi media saat ini mengharuskan adaptasi dengan pola percakapan di media sosial. Contoh, tanda pagar dan trending topic bisa menjadi bagian dari pemberitaan,” ujar Dirut LPP TVRI Iman Brotoseno.
Saat ini, lanjut Imam, TVRI sedang mengembangkan dewan kurator untuk konten-konten di setiap TVRI penyiaran daerah. Dengan 30 stasiun penyiaran berbeda, TVRI daerah diperbolehkan membuat konten lokal empat jam sehari dengan keragaman dan kekhasan daerah. “Partisipasi publik seperti jurnalisme warga bisa meningkatkan engagement dari media sosial TVRI dan memberikan sesuatu yang berbeda karena lahir dari content creator,” katanya. (rha)