Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menekankan untuk membuka kembali destinasi wisata diperlukan sinergi dan kolaborasi antara kementerian dan lembaga serta stakeholders terkait.
BALI, PRINDONESIA.CO - Dalam Konferensi Pers Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis (26/11/2020), Wishnutama mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan K/L terkait sedang menyiapkan destinasi wisata agar dibuka kembali untuk wisatawan mancanegara (wisman).
“Membuka kembali destinasi wisata terlebih lagi untuk perbatasan internasional atau menerima wisawatan mancanegara tidak sesederhana mengatakannya, kompleksitasnya cukup tinggi. Begitu juga kalau kita bicara travel bubble. Diperlukan upaya bilateral untuk menghasilkan kesepakatan antara dua negara terkait, seperti menerapkan standar protokol kesehatan yang sama,” kata Wishnutama.
Wishnutama juga menuturkan, saat ini Kemenparekraf terus melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, seperti melakukan koordinasi dengan Kementerian PUPR dalam membangun infrastruktur, Kementerian Perhubungan dalam menyiapkan akomodasi terkait seat capacity, dan koordinasi dengan Polri untuk memperkuat keamanan dan keselamatan melalui polisi pariwisata.
Selain itu, Menparekraf juga akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Menteri Luar Negeri, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta Menteri BUMN untuk membahas rencana dibuka kembalinya destinasi wisata di Bali bagi wisatawan mancanegara.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan, mengingat saat ini Bali sedang menekan angka penularan COVID-19, maka diperlukan penerapan protokol kesehatan yang ketat untuk membuka kembali destinasi wisata di Bali. “Bali telah menerapkan protokol kesehatan sejak Juli 2020, bekerja sama dengan industri-industri yang kebetulan sudah memiliki sertifikat LSU, hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa aman dan percaya bagi wisatawan,” kata Putu.
Putu Astawa menambahkan, Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata karena sektor itu menampung sebanyak 1,245 juta tenaga kerja. Selain itu, pariwisata juga menghasilkan devisa dan memberikan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup tinggi. “Sehingga diperlukan analisis kajian secara selektif, terbatas, dan bertahap untuk melakukan reopening destinasi wisata,” kata Putu. (adv)