Internasional Public Relations Summit (IPRS) 2020 resmi ditutup Rabu (28/10/2020). Event yang berlangsung selama tiga hari ini diharapkan mampu menjadi panggilan (wake-up call) bagi para praktisi PR yang industri/organisasinya terdampak oleh pandemi dan dinamika global.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pernyataan ini disampaikan oleh founder IPRS, Elizabeth Goenawan Ananto saat menutup penyelenggaraan akbar bagi para praktisi PR sedunia yang telah diselengarakan secara virtual sejak 25 – 28 Oktober 2020.
Kepada seluruh peserta, perempuan yang juga merupakan founder EGA briefings ini berharap agar seluruh pelaku PR terus maju menjalani masa depan yang lebih baik setelah pandemi. “Lebih baik tidak menunggu hujan berhenti, tapi coba untuk menikmati didalam hujan,” katanya seraya menyimpulkan.
Cara agar PR dapat terus maju di tengah ketidakpastian, menurut Ega, begitu Elizabeth karib disapa, adalah kreatif. Selain itu, terus melakukan riset dan percobaan dengan memanfaatkan serta memaksimalkan keberadaan teknologi digital. Dengan cara ini, PR dapat melakukan komunikasi yang terarah untuk menjaring kepercayaan publik berdasarkan aspek keterlibatan secara sosial. Ega juga mendorong agar praktisi PR berpartisipasi dalam menyebarkan rasa optimisme.
Sementara itu, José Manuel Velasco dari Global Alliance menghimpun setidaknya ada 12 prinsip komunikasi yang menjadi pegangan praktisi PR. Antara lain, pertama, sebelum berkomunikasi pikirkan dampaknya terhadap organisasi. Kedua, berpikir realistis berdasarkan fakta. Ketiga, gunakan bahasa yang jelas untuk menghindari mispersepsi dan dramatisasi.
Keempat, memuat unsur harapan dalam berkomunikasi. Kelima, sebarkan contoh dan perilaku yang baik. Keenam, identifikasi emosi orang lain. Ketujuh, dalam berkomunikasi atau menyampaikan pesan, pastikan berasal dari sumber yang terpercaya. Kedelapan, hindari menyebarkan berita palsu. Pastikan kita termasuk orang yang kritis terkait kepastian sumber informasi.
Kesembilan, jangan memisahkan jaringan-jaringan dengan pesan. Kesepuluh, jangan menghabiskan waktu untuk saling mengkritisi komunikasi publik yang dilakukan oleh orang/instansi lain. Sebaliknya, bekerja sama dengan mereka dan buktikan yang terbaik.
Kesebelas, bantu media dengan menyediakan informasi yang akurat dan cepat. Ke-12, ada kalanya diselingi humor asalkan tidak melampaui batas. (rha)