Sejatinya skor PR diukur dari beberapa unsur. Mulai dari tier media, lokasi brand atau kampanye yang disebutkan, pesan yang diambil, kutipan, hingga foto.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut co-founder dan Business Director Publicio Aurellio Kaunang, skor PR adalah menilai secara obyektif kualitas artikel dan efektivitas upaya humas dalam menyampaikan pesan melalui saluran media.
Ada lima unsur penting dalam mengukur skor PR. Antara lain, tier media, lokasi brand atau kampanye yang disebutkan, pesan yang diambil, quote, dan foto. “Nantinya, masing-masing akan diberi skor dan dijumlahkan untuk mengukur skor PR secara keseluruhan,” kata pria yang akrab disapa Rio ini dalam acara webinar APPRIentice, Jumat (16/10/2020).
Yang pertama, tier media. Biasanya, pembagiannya terdiri dari tier satu, dua, maupun tiga. Penentuan tier berbeda tiap perusahaan. Tergantung segmen audiens dan media yang mereka sasar. “Jika beritanya dimuat di tier 1, maka skornya 1. Sebaliknya, jika dimuat di media tier 2 dan 3, skornya lebih rendah 0,7 atau 0,3,” ujarnya.
Kedua, penyebutan/penulisan lokasi brand atau kampanye. Jika nama brand maupun kampanye ditulis di judul dan artikel, maka skornya 1. Jika nama brand maupun kampanye hanya disebutkan di judul, skornya 0,7. Sementara jika nama brand maupun kampanye hanya disebutkan di dalam artikel, skornya 0,3.
Ketiga, pesan yang diambil. Misalnya, jika ada tiga pesan kunci dan ketiganya ditulis dalam artikel, maka skornya 1. Namun, jika dalam artikel hanya memuat satu dari tiga pesan kunci, skornya 0,3.
Keempat, quote atau kutipan yang berasal dari narasumber. “Jika kutipan narasumber ada dalam artikel, maka skornya 1,” imbuh Rio. Kelima, foto. “Apabila foto yang digunakan dalam artikel adalah foto yang berhubungan dengan kampanye kita, skornya 1,” ujarnya.
Nantinya kelima hal ini akan dijumlahkan. Hasilnya akan dikalikan dengan article tonality. “Nah jika berita kita bernada positif, maka skornya 1,” ujarnya. Jadi bisa disimpulkan nilai paling sempurna untuk skor PR adalah 5.
Pengukuran Nilai PR
Berbeda dengan skor PR, nilai PR adalah nilai kuantitatif yang dikonversi dari kinerja PR berdasarkan eksposur kampanye/promosi yang dihasilkan dari artikel yang dipublikasikan di setiap saluran media. “Tujuannya, untuk mengukur efektivitas investasi aktivitas PR,” ujar Rio.
Cara menghitungnya adalah mengalikan skor PR, article tonality dan nilai iklan media. “Untuk menghitung nilai iklan media di media cetak, caranya mengalikan ukuran artikel dengan ad rate,” katanya.
Sementara itu, untuk menghitung nilai iklan media on-line, cara mengalikan article’s pageview dengan e-Cost per mille (eCPM). “Biasanya, kita akan membuat asumsi pageview artikel dengan cara menghitung total pageview per bulan dibagi dengan total artikel yang dipublikasikan per bulan,” tutupnya. (rvh)