Tiga menit pertama menjadi paling menentukan kesuksesan saat melakukan public speaking. Mengapa demikian?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Demikianlah menurut Ayu Kusuma, co-founder dan Direktur Think PR, saat menjadi pembicara di workshop APPRIentice yang diselenggarakan oleh APPRI, Jumat (16/10/2020).
Selain tiga menit pertama tadi, dua kunci kesuksesan public speaking yang lain di antaranya membangun intensitas dan mengikutsertakan audiens ke dalam acaran yang sedang kita bawakan dan cara menyampaikan pesan.
Tiga menit pertama itu dimulai dari salam dan sapa. Sementara membangun intensitas dan mengikutsertakan audiens ke dalam acara adalah dengan tidak terjebak menyampaikan persentasi hanya di balik meja atau hanya diam di depan audiens. “Turun, mendekatlah kepada audiens agar mereka merasa terlibat,” ujarnya. Sedangkan cara menyampaikan pesan berkaitan dengan strategi kita dalam mengomunikasikan materi.
Lainnya yang harus ia garis bawahi adalah public speaking bukan sekadar cuap-cuap di depan khalayak. Tapi, soal bahasa tubuh. Mulai dari mulut untuk selalu tersenyum, mata melihat audiens sesering mungkin, fokus pada area segitia mata dan hidung audiens, serta lebih sering menatap audiens yang justru tampak meremehkan kita.
Sementara posisi tangan apabila hendak menunjukkan daftar maka angkat jari tangan, lalu hitunglah menggunakan tangan. Jika ingin menunjuk audiens, jangan menggunakan telunjuk. Tapi, angkat telapak tangan, rapatkan kesemua jarinya, lalu arahkan ke audiens yang dituju.
Ketika berdiri, pastikan posisi kaki di angka 10 lewat 10, hindari melakukan gerakan maju mundur atau memainkan rambut. Sementara posisi tangan sebaiknya tidak menyilangkan kedua tangan di dada karena menunjukkan karakter sulit menerima masukan.
Bagaimana jika kita menerima reaksi negatif dari audiens? Tipsnya ada tiga. Yakni, kencangkan volume suara, lemparkan pertanyaan kepada audiens, merangkum setiap topik dengan kalimat yang sederhana.
Lima P
Yang pasti, imbuh Ayu, pastikan Anda melakukan Lima P saat melakukan public speaking. Kelima itu meliputi persuasive, pause, people, prognostication, poise. Persuasive maksudnya melakukan komunikasi yang bersifat mengajak. Pause artinya diam sejenak untuk membantu kita berpikir jernih dan bernapas lebih teratur, terutama ketika tiba-tiba merasa grogi saat berbicara di depan umum. People, mengenali penonton.
Prognostication, memberikan prediksi. Misalnya, “Materi yang saya bawakan ini memang tidak bertujuan untuk melatih Anda menjadi MC yang hebat, tapi untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri Anda bahwa suatu hari nanti Anda mampu berbicara dengan hebat di depan orang.” Sementara poise, menyisipkan humor.
Lainnya tak kalah penting adalah mempelajari teknik vokal. Mulai dari ekspresi vokal, pernapasan hingga volume suara. (rtn)