Isu terjadi sebelum kasus berkembang menjadi krisis. Pengelolaan yang tepat akan mampu menyelamatkan perusahaan dari kerugian.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut Team Leader Stakeholder Management Star Energy Herry Ginanjar, pengelolaan isu dan krisis sangat berbeda. Namun, pengelolaan isu sangat penting sebagai upaya pencegahan krisis.
Pada dasarnya pengelolaan isu adalah proses identifikasi dan penyelesaian isu. Teori-teori pengelolaan isu ini hadir dan berkembang di Amerika pada tahun 1970-an sebagai strategi respons dan alat peringatan dini untuk menghadapi isu darurat. “Manajemen isu berfungsi untuk menjaga kemungkinan kerugian,” ujar Herry saat menjadi pembicara di acara MAW Talk bertajuk “Pentingnya Manajemen Isu bagi PR”, Jumat (2/10/2020).
Dalam mengidentifikasi isu, ia melanjutkan, diperlukan beberapa tahapan. Pertama, analisis situasi. “Analisis situasi bisa menggunakan metode SWOT, PESTEL, dan model Porter,” ujar Herry. Analisis SWOT adalah menganalisis strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (kesempatan), dan threat (ancaman).
Adapun metode lain adalah PESTEL yakni analisis political (politik), economic (ekonomi), social (sosial), technological (teknologi), environmental (lingkungan), dan legal. Sedangkan metode Porter menganalisis kekuatan tawar menawar supplier, pembeli, hingga ancaman dari produk pengganti, masuknya pendatang baru, dan persaingan antarproduk yang sudah ada.
Setelah analisis situasi terkumpul, barulah praktisi public relations (PR) membuat Issue Sunburst Diagram. Diagram ini berguna untuk memetakan isu secara keuangan, sosial, lingkungan, legal, dan sebagainya. Setelah itu membuat issue on paper. Yakni, prediksi kerugian jika isu tidak diselesaikan.
Langkah selanjutnya membuat daur hidup isu. “Di sini PR perlu melihat apakah isu sudah mengenai perusahaan kita dan menjadi kasus. Atau, bahkan sudah menjadi krisis,” katanya seraya menambahkan makin cepat isu ditangani, makin besar pula peluang isu tersebut selesai.
Kemudian membangun strategi resolusi, termasuk rencana mitigasi. Diikuti, membuat rencana implementasi yang mencakup rencana stakeholder engagement, rencana advokasi, dan rencana komunikasi. Berikutnya, eksekusi rencana resolusi isu. Terakhir, membuat laporan proses penyelesaian dan isu selesai.
Beragam Keahlian
Menurut Herry, untuk mengelola isu, praktisi PR harus memahami komunikasi krisis, strategi dan rencana komunikasi, branding dan reputasi, media, digital kreatif, opini publik, hingga community relations.
Ilmu itu tak cukup diperoleh dari bangku kuliah karena pengelolaan isu menyangkut banyak disiplin ilmu. Beberapa ilmu lain yang harus dipahami dan dimiliki PR antara lain manajemen, project management, sosial politik, keuangan, dan teknologi informasi. (rvh)