Pemberitaan di media mampu memengaruhi opini publik. Karena latar belakang itulah, penting bagi public relations (PR) membangun engagement dengan media.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Demikianlah yang diyakini oleh founder and CEO LSPR Communication and Business Institute Prita Kemal Gani saat mejadi pembicara di acara Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, bertajuk “Manajemen Komunikasi Media” di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Menurutnya, dalam konteks perusahaan, pemberitaan media dapat memengaruhi opini publik terkait image merek maupun reputasi perusahaan. Sementara dalam konteks pemerintah, pemberitaan media turut memengaruhi opini publik terkait kebijakan.
Untuk membangun engagement dengan media, langkah pertama yang harus dilakukan PR adalah memahami medianya. Salah satunya, memahami kebutuhan media di era digital seperti sekarang. Selain itu, ada empat hal lain yang dibutuhkan media. Antara lain, informatif, kreatif, komunikatif, dan strong media bonding.
Pertama, informatif artinya PR harus mampu memberikan informasi atau data terkini dalam format multimedia, baik print, digital, video, maupun infografis. Selain itu, PR juga harus rutin menyampaikan informasi terkini melalui situs dan akun resmi media sosial milik perusahaan atau instansi mereka.
Kedua, kreatif. Media membutuhkan konten sekaligus informasi yang dikemas secara kreatif. Artinya, informasi yang disajikan kepada media dapat dikemas dalam berbagai angle penulisan. Hal ini dikarenakan setiap jurnalis datang dari berbagai desk, seperti desk pendidikan, bisnis, gaya hidup, dan banyak lagi.
Bentuk kreatif lainnya adalah menawarkan wawancara eksklusif dengan petinggi di perusahaan. Informasi yang disajikan pun menampilkan narasumber yang beragan, tidak melulu dari kalangan internal perusahaan. Contoh, menghadirkan narasumber dari pihak ketiga seperti pakar.
Ketiga, komunikatif. Menurutnya, juru bicara di perusahaan atau instansi, termasuk PR, harus mudah diakses atau dihubungi. Dia juga harus proaktif dan mampu membangun hubungan dua arah, seperti mau mendengar dan menerima masukan.
Keempat, strong media bonding. Artinya, PR harus mampu membangun hubungan emosional dengan media. Mulai dari memperbarui isu atau informasi terkini, kunjungan media, membuat pertemuan secara berkala dengan media melalui berbagai bentuk. Antara lain, memberikan pelatihan kepada media, mengadakan gathering, membangun kerja sama melalui program kolaborasi dengan media.
Selain itu, memberikan kesempatan kepada media untuk menjadi pembicara di sejumlah kegiatan internal perusahaan, hingga merespons setiap pemberitaan mereka dengan membagikannya ke akun resmi media sosial perusahaan sebagai wujud apresiasi.
Bahkan, PR juga dapat membuat WhatsApp (WA) Group guna membangun hubungan yang intens dengan media. “Selain wadah untuk bertukar informasi dan merespons cepat kebutuhan media, juga wadah untuk mengadakan berbagai kegiatan interaktif dan dua arah, seperti games atau kuis,” tutup Prita. (rtn)