Di tengah tantangan ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, perusahaan harus mengelola cara kerja dan koordinasi secara digital, termasuk cara mereka berkomunikasi, agar organisasi tetap berjalan efektif dan berkelanjutan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Hasil penelitian Deloitte dalam laporan The Digital Workplace menunjukkan organisasi dengan jaringan sosial on-line yang kuat terbukti tujuh persen lebih produktif daripada yang tidak. Tren ini sejalan dengan peluang untuk melihat bahwa Covid-19 bukan hanya pandemi, melainkan akselerator modernisasi dan digitalisasi.
Suryanto Lee, Senior Professional Service Consultant Lark mengupas tiga upaya yang bisa dilakukan perusahaan untuk menyeimbangkan ketangkasan dan produktivitas kerja agar tetap efektif selama fase Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Termasuk menghadapi tantangan berkomunikasi. Antara lain:
Mengimbangi Kapasitas Tenaga Kerja
Keamanan dan kesehatan karyawan menjadi prioritas utama dalam menghadapi pandemi Covid-19. Setelah Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 8 Tahun 2020 tentang pengaturan jam kerja pada masa AKB menuju masyarakat produktif dan aman, banyak perusahaan mulai menerapkan penyusunan dan pengaturan jam bekerja dengan membagi beberapa shift untuk mengimbangi kapasitas jumlah karyawan yang bekerja di kantor. “Memilih cara pengelolaan yang tepat penting untuk menjaga efektivitas perusahan dengan meminimalisasi kepentingan bertemu tatap muka,” kata Suryanto.
Salah satunya dengan cara mengadaptasi penggunaan platform yang mampu menjadi pusat kontrol. Terutama, yang memungkinkan tahap kerja terotomasi seperti persetujuan, alur kerja, pengeluaran, dan data kehadiran dapat diintegrasikan dengan fitur Approval dan Attendance akan sangat membantu sistem kerja suatu perusahaan.
Terus Meningkatkan Pengetahuaan Tim
Dengan adaptasi gaya hidup digital dan bekerja secara remote, perusahaan harus tetap menjaga kesempatan karyawan dalam meningkatkan pengetahuaan dan keterampilan sebuah tim. Webinar, virtual talkshow, dan virtual workshop, menjadi salah satu yang sedang populer saat ini di kalangan masyarakat sebagai sarana untuk membagi edukasi dan konten informatif secara virtual.
Konferensi video adalah fitur pendukung yang penting untuk melakukannya. Fitur ini tidak hanya dapat mengganti peran meeting yang biasa dilakukan secara face-to-face, namun juga menyediakan inovasi baru bagi masyarakat untuk bangkit ditengah pandemi.
“Lark menyediakan berbagai fitur kolaborasi dalam sebuah platform yang saling terhubung. Kami menghadirkan solusi mumpuni bagi masyarakat termasuk pengelolaan cara bekerja perusahaan dalam menghadapi fase new normal secara digital,” ujarnya.
Suryanto memberi contoh, fitur Lark Video Calls, memungkinkan pengguna melakukan konferensi video secara gratis dan dapat menampung hingga 100 partisipan yang cocok dipergunakan untuk sesi webinar maupun workshop. Fitur ini juga dilengkapi dengan magic share yang memberikan kemudahan bagi pengguna dapat saling mengirim dokumen sekaligus mengeditnya secara bersamaan saat melakukan video call. Sehingga, kolaborasi dapat dijalani secara lebih interaktif dan efektif.
Membangun Efisiensi Baru melalui Teknologi
Komunikasi antarkaryawan adalah salah satu hal yang sering kali menjadi kendala, terutama bagi perusahaan dengan karyawan skala besar. Perusahaan perlu memiliki fitur yang memungkinkan mereka berkomunikasi dengan seluruh organisasi dalam satu platform, memungkinkan manajer untuk berkomunikasi lebih baik dengan tim yang tersebar di seluruh daerah, dan aplikasi yang memungkinkan karyawan terhubung dari mana saja.
Pada intinya, Suryanto melanjutkan, perusahaan harus bisa beradaptasi dengan cara bekerja digital. Bukan semata karena situasi pandemi, melainkan mengikuti perkembangan teknologi dan kemajuan digital di era modern sehingga seluruh insan di dalam organisasi dapat untuk dapat bekerja secara holistik. “Jika kita selalu berdiam diri tanpa melakukan adaptasi terhadap perubahan, maka dapat dipastikan usaha yang kita kerjakan dapat dengan mudah digantikan oleh yang lain,” ujarnya. “Kemampuan adaptasi juga perlu didukung oleh komunikasi yang efektif,” imbuhnya. (rtn)