APPRI memprediksi layanan berbasis digital, komunikasi krisis dan manajemen isu menjadi layanan yang paling potensial bagi pelaku agensi PR di masa depan. Hasil ini disampaikan di webinar APPRI Connect bertajuk “How Can We Help You”, Kamis (3/9/2020).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Prediksi ini dihimpun dari hasil Survei Pemetaan Anggota Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI). Survei diikuti oleh 75 persen anggota APPRI. Menurut Asti Putri, APPRI Research & Development Division Head, survei ini dilakukan untuk merespons dinamika berbagai perubahan yang terjadi selama pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap bisnis konsultan atau agensi PR.
Hasilnya menarik. Salah satunya, layanan kehumasan yang paling potensial dan dibutuhkan di masa depan adalah layanan berbasis digital, baik dalam kategori digital PR maupun konten untuk media sosial. Layanan lain yang diprediksi mengalami peningkatan adalah layanan komunikasi krisis dan manajemen isu.
Sementara itu, area yang paling membutuhkan keahlian public relations (PR) di masa yang akan datang adalah teknologi dan industri farmasi. Teknologi, kata Asti, diprediksi berpotensi di masa depan, seiring dengan tumbuhnya bisnis baru terkait teknologi, digitalisasi, otomatis, dan robotik yang perlu dikenalkan kepada publik Indonesia.
Pun dengan industri farmasi yang berpotensi menjadi peluang baru di tengah upaya penemuan vaksin dan perubahan perilaku untuk memelihara kesehatan lebih baik. Adapun topik yang membutuhkan keahlian komunikasi untuk mengubah perilaku juga menjadi potensi area kehumasan di masa mendatang.
Jadi Arahan
Asti berharap hasil survei ini bisa menjadi arahan bagi konsultan PR untuk memperluas praktik layanan dan membangun kompetensi baru. Sebab, dari hasil survei, mayoritas layanan utama responden masih seputar media relations. Diikuti dengan layanan pembuatan konten baik konten sosial maupun digital.
Meski begitu, tak sedikit pula responden memberikan layanan atau spesialisasi di luar dua bidang tadi. Yakni, marketing communications, digital PR dan media intelligence monitoring and analysis. “Semua layanan ini merefleksikan konsultan PR telah melakukan berbagai penyesuaian sebagai bagian dari upaya menjawab perkembangan komunikasi melalui platform digital,” katanya.
Survei ini juga menunjukkan layanan perusahaan PR telah melakukan berbagai improvisasi di area teknis. Salah satunya, dengan cara mengombinasikan unsur produksi dan kreatif seperti branding, visual production, promotion and event management.
Asti juga menyoroti portofolio klien para responden yang umumnya masih didominasi oleh consumer products. Peringkat kedua dan ketiga ditempati oleh klien yang bergerak di industri gaya hidup/entertainment serta teknologi. “Ini menjadi catatan. Portofolio klien anggota APPRI sebenarnya sudah cukup beragam. Namun, belum menjadi portofolio utama dalam bisnis. Sebut saja, klien dari nonprofit, FnB, manufaktur, dan healthcare/pharmaceutical,” ujarnya.
Daniel Cahyadi, Wahyoo Chief Operating Officer, sependapat. Apalagi, pelaku startups seperti Wahyoo, perusahaan rintisan yang memiliki visi meningkatkan kualitas hidup para pemilik warung makan tradisional melalui teknologi tersebut, tidak lagi seperti dulu. “Kami bertekad membangun usaha jangka panjang. Paradigmanya juga sudah berubah, lebih mengutamakan kontribusi dan bisnis berkelanjutan,” ujarnya. Karena hal itulah, mereka membutuhkan peran dan dukungan PR.
Apalagi di masa pandemi. Pandemi turut mengubah cara perusahaan bekerja dan strategi bisnis perusahaan ke arah digital. Seperti halnya Kimia Farma yang memprioritaskan digital business optimization dan digital business transformation. Perubahan ini tentu saja memberikan banyak ruang bagi PR untuk membantu perusahaan mencapai tujuannya. Salah satunya, melalui dukungan dari para profesional seperti konsultan PR.
Hanya, Kimia Farma Commissioner Chrisma Aryani Albandjar memberi catatan, agensi PR juga harus mengikuti perkembangan dan kebijakan perusahaan dan industri klien. Sehingga, mereka dapat memberikan layanan yang tepat dan spesifik sesuai kebutuhan klien. “Jangan dibuat generik,” pintanya. (rtn)