Managing Director H+K Strategies Indonesia Harry Deje menjabarkan langkah-langkah dalam menyusun strategi digital PR.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ada enam langkah dalam menyusun strategi digital PR. Langkah pertama, kenali target audiens sedetail mungkin. Mulai dari karyawan, pelanggan potensial, hingga influencer. “Dari sana, kita bisa membedahnya lagi berdasarkan kategori umur, pendidikan, kebiasaan (behavior), cara mereka berinteraksi di media digital, hingga relationship,” katanya.
Kedua, membangun cerita. Audiens cenderung lebih mendengarkan cerita daripada sekadar jargon/sales punchline. Ketiga, memahami lanskap digital dengan cara mencocokkan antara cerita yang ingin kita bangun dengan lanskap digital. “Penting bagi praktisi PR untuk memahami kanal-kanal media secara holistik,” ujar Deje.
Kanal-kanal yang dimaksud meliputi portal berita on-line, media sosial, created channels (Line Today, Go-News milik Gojek,), opinion leaders (baik berupa off-line maupun on-line), video on demand (Netflix, Viu), hingga TikTok.
Keempat, memanfaatkan keberadaan omni channel-multi channel. “Kita harus mampu membuat konten tersebut menjelajahi berbagai kanal media secara bersamaan,” katanya. Yang patut diingat, lanjutnya, setiap kanal memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sebut saja, Twitter yang identik dengan kekuatannya dalam membangun percakapan. Instagram yang bersifat content driven. YouTube, pemegang peranan penting sebagai video pool. Facebook yang konsisten sebagai community based terbesar. Dan, Spotify yang tengah digandrungi karena kehadiran podcast.
Kelima, leverage O2O experience. Apa itu? Di tengah banjir informasi, PR dituntut mampu membuat konten yang mampu menarik (engaging) audiensnya. Bahkan, mendorong audiens memberikan respons sesuai dengan harapan atau ekspektasi kita. Keenam, PR harus melakukan measurement untuk mengukur efektivitas dari setiap strategi yang sudah dieksekusi.