Berhadapan dengan ketidakpastian justru membuat PR jauh lebih kreatif. Apalagi di era sudah banyak saluran komunikasi yang bisa membantu PR memaksimalkan peran dan fungsinya.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Pernyataan ini disampaikan oleh Prita Kemal Gani, founder dan CEO LSPR Communication and Business Institute, saat menjadi narasumber di acara MAW Talk sesi ketiga bertema “How PR Can Adapt in an Era of Uncertainty”, Jumat (21/8/2020). Menurutnya, perubahan di masa pandemi ini jangan membuat PR menjadi demotivasi. Sebaliknya, harus mendorong mereka menjadi jauh lebih kreatif.
Prita berpendapat, banyaknya kanal komunikasi membuat peluang dan cara PR melakukan akitivitas komunikasi jauh lebih beragam ketimbang di masanya saat masih menjadi PR. Sebut saja, website, media sosial, sampai yang saat ini sedang populer, podcast.
PR juga kini dapat memastikan pesan yang disampaikan sesuai sasaran dan kebutuhan audiens. Kemudian, didistribusikan ke kanal komunikasi yang sesuai dengan target audiens yang ingin disasar dan terukur.
Tantangannya adalah bagaimana audiens mau mendengarkan informasi atau pesan yang disampaikan oleh PR. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang. Kuncinya, kata Prita, PR harus melakukan riset. Caranya, banyak membaca, mendengar dan melihat. “Upaya-upaya ini dapat memacu kreativitas dan ide. Sehingga, mereka dapat menyampaikan pesan dengan tepat, relevan dan mudah dipahami oleh target audiensnya,” ujarnya.
Tak kalah penting adalah berkolaborasi. Prita berpendapat, kolaborasi membuat kita menjadi besar dan menjadikan semuanya lebih ringan. Termasuk, untuk tujuan menjangkau audiens lebih luas dan bervariasi.
Selain itu, pandemi juga menjadi titik balik bagi PR untuk memanusiakan teknologi. Salah satunya, dengan mengedepankan aspek-aspek kemanusiaan dan unsur empati dalam setiap pesan yang mereka sampaikan. Prita juga mengimbau agar PR memaksimalkan keberadaan teknologi informasi untuk rutin menyapa dan merawat merawat relasi, termasuk dengan kalangan internal.
Sementara bekal yang harus dimiliki oleh PR, terutama di era yang penuh ketidakpastian ini, adalah management, persuasive, leadership, dan entrepreneurial skill. Tak terkecuali, kemampuan dasar PR seperti berkomunikasi, menulis dan storytelling. “Selama ini kita hanya sibuk melakukan storytelling ke luar. Padahal PR juga harus membangun storytelling ke dalam agar karyawan mengetahui semangat, misi dan merasakan susahnya founder mendirikan perusahaan ini,” pungkasnya. (rtn)