Masihkah penting public relations (PR) membangun relasi dengan pelaku media/pers di tengah riuhnya media sosial? Jawabannya, masih.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Pernyataan ini tegas disampaikan oleh Asmono Wikan, founder dan Chairman MAW Talk saat menjadi pembicara di acara diskusi bertema "The Power of Media Relations" yang diselenggarakan secara virtual, Senin (27/7/2020). "Faktanya, 70 persen kinerja PR masih bertumpu pada media relations. Mereka masih memiliki pengaruh besar dalam membangun opini publik," kata pria yang hari itu meluncurkan bukunya berjudul Bergeraaak: Mengakrabi Disrupsi, Menciptakan Peluang.
Menurut Asmono ada tiga kunci penting dalam membangun hubungan dengan media. Pertama, kenali ideologi media yang bersangkutan. "Setiap media itu mengusung gagasan idealis tertentu. Misalnya, tentang demokrasi, humanisme, keagamaan, sampai wong cilik," ujarnya.
Kedua, PR harus memahami cara kerja media. "Bedanya media dengan media sosial adalah, dalam praktik media, suatu berita harus melewati berbagai rute mulai dari reporter, redaktur, pemimpin redaksi, sampai tahap layout," ujarnya. Jadi, ketika ada kesalahan, ia meyakini kesalahan itu bukan karena faktor kesengajaan, apalagi berencana membunuh karakter seseorang atau organisasi tertentu.
Ketiga, PR harus mengenali aktor media dari yang terbawah, yakni reporter, sampai pemiliknya. "Agenda 'ngopi cantik' lebih tepat ditujukan untuk teman-teman reporter dengan tujuan agar mereka mendapat insight terhadap pesan yang ingin kita sampaikan," ujarnya. "Sementara membangun relasi dengan pimred bertujuan agar mereka memahami agenda setting dari pesan yang ingin kita sampaikan," imbuhnya.
Yang pasti, Sekjen SPS Pusat itu memberi saran, letakkan jurnalis sebagai profesi yang profesional dengan cara memperlakukan mereka layaknya manusia (humanis). Serta, mengedepankan rasa saling menghargai dan empati. Bahkan, ia menyarakan agar institusi/korporasi menyisihkan anggaran untuk mengedukasi wartawan. "Beri mereka edukasi tentang dinamika perusahaan, isu hingga tren seputar industri kita. Termasuk, membantu mereka meningkatkan kompetensinya," katanya.
Kedekatan Personal
Direktorat Jenderal Pajak (DJP), salah satunya. Tim Humas DJP dikenal memiliki hubungan yang harmonis dengan para pelaku media mulai dari level wartawan hingga pemilik/pemimpin media.
Menurut Ani Natalia Pinem, Kasubdit Humas DJP, sebagai regulator yang kerap mengeluarkan kebijakan publik, praktik media relations menjadi sangat krusial bagi instansi pemerintah. Terlebih di tengah kondisi pandemi Covid-19. "Kami semakin merasakan pentingnya PR bergandengan tangan dengan media," ujar peraih Insan PR INDONESIA 2018 - 2019 itu.
Ada baiknya, ia melanjutkan, relasi yang dibangun tidak hanya dilakukan dalam kegiatan formal. Ani dan tim biasanya mengajak media berkumpul sekadar ngopi santai. Di sinilah kesempatan mereka untuk saling berbagi cerita dan pengalaman hidup.
Saking dekatnya, Ani tak segan untuk hadir di hari-hari penting para rekan jurnalis. Salah satunya, menghadiri undangan pernikahan. Ia dan tim juga tak pernah lupa memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas artikel tentang DJP, meski hanya via Whatsapp. "Bagi kami, media adalah mitra. Hubungannya tidak sebatas pekerjaan, tetapi lebih personal," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya humas meyakinkan pimpinan agar mau tampil dan menjalin relasi yang baik dengan para pemilik media serta pimred.
Tips meyakinkan pimpinan, menurut Ani, yang pertama adalah melakukan pendekatan bahwa mereka adalah simbol dari organisasi. Kedua, beri pemahaman kepada pimpinan terkait manfaat yang akan diperoleh organisasi jika memiliki hubungan baik dengan media. Ketiga, berikan penjelasan tentang susunan kegiatan dari agenda kunjungan media. "Berikan semua informasi kepada pimpinan Anda bahwa relasi yang terjalin baik dengan rekan media akan memberikan dampak positif terhadap reputasi organisasi," terangnya. (rtn/ais)