Punya masalah berbicara di depan umum atau dikenal dengan public speaking? Solusinya, bongkar dulu paradigma berbicara di depan khalayak harus sesempurna Presiden RI pertama, Soekarno.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Inilah yang ditekankan Pandji Pragiwaksono, pria yang dikenal sebagai aktor, penyiar radio, presenter televisi, penulis buku, penyanyi rap, hingga komika.
Menurut Pandji saat mengisi webinar bertajuk “Brighter Day Class #5: What is Public Speaking and How to Do It?”, 80 persen penyebab orang merasa tidak mampu berbicara di depan umum itu karena faktor psikologi. Sisanya, atau 20 persen, karena persoalan teknis seperti artikulasi, intonasi, mengatur napas tetap stabil.
“Jadi, bongkar dulu paradigma kalau bicara di depan umum itu harus sesempurna Presiden Soekarno. Suaranya mesti bagus, tidak ngos-ngosan dan tidak ada kata yang salah ucap,” ujarnya di gelar wicara virtual yang diselenggarakan oleh Terang Jakarta, Jumat (19/6/2020). Ketakutan lainnya, takut tidak diterima, dianggap tidak menarik atau membosankan.
Padahal, menurut pria kelahiran Singapura tahun 1979 itu, public speaker yang baik hanya satu. Yakni, ketika bicara, audiens atau pendengarnya memahami maksud dari materi yang dia sampaikan.
Sementara grogi atau gugup yang kerap hinggap saat di atas panggung, masih berdasarkan pengalaman Pandji, umumnya karena kita tidak disiplin untuk fokus pada materi yang ingin disampaikan. “Ini permasalahan yang sering terjadi di kalangan komika,” katanya.
Tiba-tiba mereka kehilangan fokus, lalu terlintas kekhawatiran “Eh, kira-kira mereka mengerti atau enggak, ya?” Atau, lengah pada saat mendapatkan respons tak terduga dari penonton seperti mereka tertawa dan bertepuk tangan.
Alhasil, public speaker kehilangan kata untuk merangkai kalimat berikutnya. Nah, untuk isu ini, Pandji punya tips. Perbanyaklah berlatih membaca buku tapi dengan suara lantang. “Ketika kalimat yang ada di buku itu kita baca dengan suara keras, telinga akan merekam. Otomatis kita memiliki perbendaharaan kata yang semakin banyak,” ujarnya.
Cari Korelasi
Adapun teknik komunikasi yang harus diperhatikan saat berbicara di depan umum, menurut Pandji, yang paling utama adalah memiliki rasa empati. “Kalau enggak begitu, kita akan tampak seperti robot,” katanya.
Tak kalah penting, lakukan persiapan mulai dari materi sampai memastikan usia dan karakter audiens yang akan dihadapi agar kita dapat menemukan formula yang tepat saat melakukan pendekatan.
Untuk dapat berinteraksi, kuncinya tiga. Pertama, cari korelasi. Kedua, miliki wawasan atau gambaran untuk memahami kondisi dan karakter audiens. Ketiga, samakan bahasa untuk mendekatkan ikatan.
Hindari berbicara hanya berpaku pada teks. “Kalau memang harus begitu, arahkan sesekali pandangan kita kepada audiens untuk memberi kesan kita memerhatikan mereka,” ujarnya.
Ketika melakukan pendekatan, sesuaikan dengan audiensnya. Saat berbicara di hadapan anak-anak, be genuine. Mereka mampu merasakan orang yang ada di depannya benar-benar menyukai atau tidak menyukai mereka.
Ketika di hadapan remaja, jadilah bagian dari mereka. “Biasanya, saya kumpulkan dulu informasi seperti siapa guru paling killer (galak), paling disukai, sampai pasangan yang baru jadian, ha-ha!”
Kepada audiens berusia dewasa, beri alasan mengapa mereka harus mendengarkan beserta tujuannya. “Kepada audiens bapak-bapak, tunjukkan rasa hormat. Lain lagi kepada ibu-ibu. Mereka umumnya lebih mudah karena kerap menganggap lawan bicara yang usianya di bawah mereka seperti anaknya sendiri,” ujar ayah dari dua anak itu.
Jadi, masihkah Anda grogi bicara di depan publik? (rtn)